1. Buay Pernong

Buay Pernong ialah rumah adat di Way Pernong, sebelum Liwa. Rumah adat ini dimiliki oleh keturunan Buay Pernong. Sebagian rumah adat ini masih asli, beberapa bagian sudah pernah direnovasi karena rusak saat gempa tahun 1993. Di sini terdapat meriam besar buatan zaman Belanda yang berasal dari Krui. Selain itu, banyak benda kuno seperti lemari dan kursi.
Di belakang rumah adat ini terdapat makam Raja Selalau ketiga dan penerusnya. Di atas batu-batu yang menutupi makam, terdapat berbagai tanda berbentuk seperti binatang atau lambang tertentu. Selain makam Raja Selalau, di dekat area makam juga terdapat semacam benteng tanah berbentuk parit sedalam 1,5 – 3 meter. Benteng ini mengingatkan pada benteng parit yang terdapat di situs Pugung Raharjo.
2. Museum Lampung
Museum ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1975. Peletakan batu pertama Museum Lampung dilakukan 1978. Kemudian, Museum Lampung diresmikan pada taggal 24 September 1988 yang bersamaan dengan Hari Aksara Internasional. Museum ini terletak di Jalan ZA. Pagar Alam nomor, Gedong Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung
Museum ini berdasarkan data tahun 2011 menyimpan 4.735 buah benda koleksi. Koleksi Museum Lampung terbagi menjadi 10 jenis, yakni koleksi biologika, geologika, etnografika, historika, numismatika/ heraldika, filologika, seni rupa, teknografika, dan keramologika. Selain itu, berbagai benda peninggalan zaman prasejarah, zaman Hindu-Budha, zaman kedatangan Islam, masa penjajahan atau kolonial dan paska kemerdekaan yang ditampilkan pada bagian tersendiri.
3. Goa Warak
Goa bersejarah ini berada di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro. Goa ini menarik dikunjungi karena mempunyai nilai sejarah dibalut ceritanya yang melegenda. Konon katanya dahulu kala saat zaman penjajahan kolonial Belanda, Goa Warak ini adalah salah satu tempat persembunyian masyarakat Lampung khususnya warga Kota Metro dari kejaran para kolonial Belanda.
Untuk kedalaman goanya sendiri berkisar 10 meter dan dari bibir hingga mulut goa akan terus mengalami pendalaman, jika kita akan mengeksplorasi ke dalam goa harus ada peralatan khusus karena minim oksigen. Selain tempat wisata goa ini juga bisa dijadikan lokasi penelitian dan pusat edukasi sejarah di lampung.
4. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah (batu tulis) yang terletak Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Batu tulis ini ditemukan 1996 yang merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini ditulis dalam 13 baris berhuruf Pallawa dan Bahasa Melayu kuno serta isinya hampir sama dengan Prasasti Karang Bilahi dari Jambi, prasasti-prasasti Kota Kapur dari Bangka Belitung, dan prasasti Bungku dari Lampung Timur yang berisikan kutukan tidak wajar patuh dan tunduk kepada penguasa Sriwijaya.
5. Gedong Aer
Bangunan ini mulai berdiri abad ke-18, lokasinya sendiri berada di Jalan Imam Bonjol, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung. Pada tahun 1827, Pemerintah Belanda yang merasa perlu memenuhi kebutuhan logistik di Lampung merasa perlu untuk membuat sebuah bangunan yang bisa dijadikan sebagai tampungan cadangan air yang merupakan primer. Bangunan yang didirikan oleh Belanda ini karena konidisi yang masih bagus, akhirnya pada masa kependudukan Jepang turut difungsikan sebagai pemasok air utama.