(876Unimmafm) MAGELANG —Badan Otorita Borobudur (BOB) melaunching Tari Soledo Gelangorojo yang merupakan tarian kolaborasi dengan menggabungkan identitas tiga kabupaten sekaligus, yakni kabupaten Magelang, Kulon Progo dan Purworejo secara resmi di launching oleh Sandiago Uno Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Marga Utama Candi Borobudur, Senin 15 Agustus 2022.
Menteri Perekraf dalam sambutannya mengapresiasi diluncurkannya Tari Soledo Gelangprojo. “Penciptaan karya seni pertunjukan yang merupakan bagian dari simbol pemersatu dan kekompakan tiga kabupaten ini sejalan dengan strategi yang saya ciptakan yaitu geber [gerak bersama], gercep [gerak cepat], dan gaspol [garap potensi] sehingga berdampak positif dalam meningkatkan atraksi dan daya tarik wisata di Destinasi Superprioritas Borobudur,” katanya yang disampaikan secara virtual, Senin, 15/8.
Direktur BOB, Indah Juanita mengungkapkan tujuan lahirnya kolaborasi tari ini selain untuk mempromosikan atraksi budaya yang ada di kawasan Pegunungan Menoreh, juga sebagai upaya menggeliatkan seni budaya sebagai pemersatu dan kekompakan tiga daerah di dua provinsi.
“Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan dapat meningkatkan atraksi di Destinasi Super prioritas Borobudur. Sehingga nilai-nilai budaya tetap terjaga dan sebagai salah satu unsur penguatan daya tarik wisata,” katanya.
Tarian tersebut merupakan kolaborasi Tari Soreng (Kabupaten Magelang, Jawa Tengah), Lengger Tapeng (Kulonprogo, DIY), dan Dolalak (Purworejo, Jawa Tengah). Adapun nama Gelangprojo merupakan gabungan dari kata Magelang, Kulonprogo dan Purworejo.
Tari yang dimainkan lebih dari 100 an penari ini , 46 pengrawit tersebut, sebelumnya telah melalui kajian panjang dari seniman akademisi di 3 kabupaten tersebut agar tidak merusak filosofi dasar dan tetap mencirikan identitas setiap kabupaten..
Ia menuturkan lahirnya tarian kolaborasi dua provinsi ini sebagai salah satu upaya mengedepankan potensi lokal guna menarik pangsa pasar lokal yang berkualitas. Hal ini mengingat pandemi COVID-19 belum berakhir, sebab perkembangan pariwisata sejak pandemi mengedepankan quality tourism bukan lagi quantity tourism lagi.
“Di waktu yang sama ternyata pandemi juga merangsang kreatifitas para pelaku sektor pariwisata untuk dapat membuat terobosan guna menciptakan nilai tambah khususnya pada pengambangan atraction, accessibility, dan amenity,” katanya.
.