Manisan pala merupakan salah satu jajanan tradisional yang menjadi hidangan wajib saat Idul Fitri di Banyuwangi, Jawa Timur. Hidangan ini tidak hanya populer di kalangan masyarakat pedesaan, namun juga banyak disajikan oleh warga kota untuk merayakan Lebaran. Manisan yang terbuat dari daging buah pala ini telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan terus menjadi bagian dari tradisi kuliner yang dijaga hingga kini.
Asal Usul dan Peran Manisan Pala dalam Tradisi Lebaran
Meskipun tidak diketahui secara pasti siapa yang pertama kali memulai tradisi menyajikan manisan pala saat Lebaran, namun sejak dulu manisan ini telah menjadi sajian khas di banyak rumah di Banyuwangi. Manisan pala memiliki bentuk yang cukup unik, menyerupai ujung telapak tangan lengkap dengan lima jari. Seluruh permukaannya ditaburi gula pasir yang memberikan sensasi manis dan kenyal pada setiap gigitannya, menjadikannya daya tarik tersendiri bagi para pecinta kuliner.
Sentra Produksi Manisan Pala di Desa Pesucen
Desa Pesucen, yang terletak di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, dikenal sebagai salah satu sentra produksi manisan pala di Bumi Blambangan. Desa ini memiliki banyak pohon pala yang tumbuh subur, sehingga menyediakan bahan baku yang cukup melimpah. Kepala Desa Pesucen, Maksum, mengungkapkan bahwa di desanya terdapat puluhan kepala keluarga (KK) yang memproduksi berbagai macam manisan, termasuk manisan pala, cermai, asam jawa, pepaya, hingga tomat.
Menurut Maksum, di hari-hari biasa, sekitar 20 KK di desa tersebut memproduksi manisan pala. Namun, saat menjelang Idul Fitri, jumlahnya meningkat pesat. Banyak warga yang membuat manisan pala untuk keperluan pribadi, baik untuk dinikmati keluarga maupun sebagai hidangan untuk tamu yang datang. Keberadaan bahan baku yang melimpah dan dukungan dari komunitas lokal membuat produksi manisan pala di Desa Pesucen semakin berkembang.
Proses Pembuatan Manisan Pala
Pembuatan manisan pala dimulai dengan memetik daging buah pala yang masih segar. Buah pala kemudian dikupas, dipotong-potong sesuai selera (sering kali berbentuk lima jari) dan direbus untuk mengurangi rasa pahit. Setelah itu, daging buah pala direndam dalam air kapur untuk mempertahankan teksturnya, membuatnya kenyal, dan membantu menjaga kesegaran buah pala.
Setelah direndam, daging buah pala dicampur dengan larutan gula pasir yang telah dimasak hingga mendidih. Campuran ini kemudian ditaburi dengan gula pasir pada seluruh permukaannya. Proses terakhir adalah pengeringan manisan pala untuk menghilangkan kelembaban dan memberikan tekstur kenyal pada manisan yang sudah siap disajikan.
Rasa Khas dan Manfaat Kesehatan Manisan Pala
Manisan pala memiliki cita rasa yang khas, yaitu perpaduan antara rasa manis, asam, dan aroma pala yang cukup menyengat. Aroma khas buah pala inilah yang menjadi daya tarik utama makanan ini. Meski proses pembuatannya yang sederhana, manisan pala memiliki keunikan yang tidak dapat ditemukan pada jajanan tradisional lainnya.
Meskipun belum ada penelitian atau jurnal yang merilis kandungan gizi secara spesifik tentang manisan pala, namun bahan-bahan yang digunakan menunjukkan bahwa manisan pala memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan. Salah satunya adalah dipercaya dapat membantu menangkal masuk angin. Selain itu, manisan pala juga diketahui memiliki khasiat untuk melancarkan pencernaan dan meredakan gangguan pencernaan seperti perut kembung. Beberapa orang juga mempercayai bahwa manisan pala bisa membantu mengatasi gangguan tidur, atau insomnia, berkat sifat relaksasinya.
Manisan Pala sebagai Camilan Sehat dan Tradisional
Meski belum ada bukti ilmiah yang lengkap, popularitas manisan pala terus berkembang sebagai jajanan sehat yang berkhasiat. Dengan bahan alami dan proses pembuatan yang masih menggunakan cara tradisional, manisan pala tidak hanya berfungsi sebagai camilan manis, tetapi juga membawa manfaat kesehatan, terutama di daerah tropis seperti Banyuwangi.
Peluang Ekonomi dan Pelestarian Tradisi
Manisan pala juga telah menjadi komoditas ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat di Desa Pesucen dan sekitarnya. Dengan meningkatnya permintaan terutama menjelang Lebaran, produksi manisan pala menjadi salah satu sumber pendapatan bagi keluarga-keluarga di desa ini. Selain itu, keberadaan manisan pala menjadi bentuk pelestarian tradisi kuliner yang sudah ada sejak lama, dan mengajak generasi muda untuk mengenal lebih dalam tentang warisan budaya daerah mereka.
Manisan pala tidak hanya sekadar camilan manis yang lezat, tetapi juga menjadi simbol budaya yang erat kaitannya dengan perayaan Idul Fitri di Banyuwangi. Dengan rasa yang khas dan manfaat kesehatan yang diyakini oleh banyak orang, manisan pala terus bertahan sebagai makanan legendaris yang sangat dicari. Bagi Anda yang ingin merasakan kelezatan dan keunikan manisan pala, Desa Pesucen di Banyuwangi adalah tempat yang tepat untuk mencicipi langsung jajanan ini, yang terus menjadi bagian dari tradisi dan kehidupan masyarakat setempat.