Maneater menghadirkan pengalaman unik dengan menjadikan pemain sebagai hiu raksasa yang menebar teror di rawa, pantai, dan berbagai lokasi lainnya. Meski premisnya menarik, eksekusi gameplay justru terasa monoton seiring waktu. Dalam permainan berdurasi lebih dari 10 jam, Maneater menunjukkan hampir semua yang dimilikinya sejak tutorial singkat di awal. Apa yang dimulai dengan potensi besar perlahan berubah menjadi pengalaman yang berulang tanpa inovasi berarti.

Cerita: Petualangan Balas Dendam Hiu
Maneater adalah game action role-playing yang mengisahkan hiu muda yang ingin membalas dendam atas kematian ibunya di tangan pemburu hiu bernama Scaly Pete. Dalam pencarian balas dendam ini, pemain akan menggigit jalan mereka melalui ratusan makhluk laut, pemburu hiu, dan manusia yang malang berada di jalurnya.
Uniknya, hiu ini dapat “berevolusi” dengan memanfaatkan nutrisi dan mutagen yang diperoleh selama permainan. Evolusi ini membuatnya mendapatkan kemampuan aneh seperti sirip tulang dan gigi listrik, yang membedakannya dari hiu lain di dunia hiburan. Sayangnya, meskipun premis ini menarik, eksekusinya terasa kurang menggigit.
Visual dan Narasi: Kekuatan yang Tak Terselamatkan
Secara estetika, Maneater menampilkan cerita layaknya film kelas B. Narasi dalam game ini diceritakan oleh Chris Parnell, aktor terkenal dari Rick and Morty, Archer, dan Saturday Night Live. Komentarnya yang penuh humor sering kali menghidupkan suasana dengan lelucon tentang landmark dan petualangan si hiu putih besar. Namun, meskipun dialognya menghibur, itu tidak cukup untuk mengatasi gameplay yang berulang dan membosankan.
Gameplay: Potensi yang Kurang Dimanfaatkan
Gameplay Maneater menempatkan pemain dalam siklus berulang: menggigit, bertarung, dan bertahan hidup. Pemain harus menghancurkan musuh, mulai dari buaya, barracuda, hingga pemburu hiu. Sayangnya, pertarungan di bawah air sering kali terganggu oleh kamera yang sulit dikendalikan, membuat pemain hanya bisa menekan tombol gigitan (bite button) sambil berharap target tetap terkunci.
Bos Pemburu Hiu dan Apex Predator, yang seharusnya menjadi tantangan utama, justru menjadi salah satu contoh nyata kurangnya inovasi. Para pemburu ini hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak ada perbedaan dari musuh biasa selain narasi singkat di menu jeda dan intro singkat sebelum pertempuran. Bahkan, sering kali pemain baru menyadari telah mengalahkan bos setelah memeriksa profil mereka di menu.
Sementara itu, Apex Predator hanyalah versi lebih besar dari makhluk yang sudah sering dilawan, seperti buaya raksasa atau barracuda besar. Pola ini terus berulang hingga pemain merasa seperti berada di lingkaran monoton tanpa akhir.
Evolusi Hiu: Sisi Terbaik yang Terbatas
Salah satu aspek yang menarik adalah melihat evolusi hiu dari bayi hingga menjadi Megalodon dengan gigi listrik dan sirip tulang. Transformasi ini memang terlihat mengesankan, tetapi membutuhkan waktu bermain yang terlalu lama dan repetitif untuk mencapainya. Ditambah lagi, beberapa glitch yang mengganggu, termasuk crash permainan, semakin mengurangi kesenangan bermain.