Hubungi Kami

Hutan Mangrove Lantebung: Keindahan Alam dan Peranannya dalam Kehidupan Masyarakat Makassar

Makassar, Sulawesi Selatan, terkenal dengan pantai-pantainya yang mempesona. Namun, selain wisata pantai, kota ini juga menyimpan hutan mangrove yang menjadi salah satu daya tarik wisata yang tak kalah menarik. Salah satu tempat yang patut dikunjungi adalah Desa Wisata Lantebung yang terletak di Kelurahan Wira, Kecamatan Tamalanrea, sekitar 13,8 kilometer dari pusat Kota Makassar. Hutan mangrove di kawasan ini, yang dikenal dengan Jaringan Ekowisata Mangrove Lantebung (Jekomala), menawarkan berbagai manfaat ekologis dan juga berfungsi sebagai tujuan wisata edukatif yang menarik bagi pengunjung.

@unimma_id

Potensi Hutan Mangrove di Lantebung

Hutan mangrove yang terhampar seluas 30 hektar di Desa Wisata Lantebung bukan hanya menjadi tempat wisata yang menenangkan, tetapi juga memiliki peran penting dalam melindungi lingkungan. Mangrove yang tumbuh di pesisir Selat Makassar ini berfungsi sebagai penahan abrasi dan pelindung permukiman dari terjangan ombak serta angin kencang, yang menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat setempat.

Hutan ini menyimpan kekayaan alam yang luar biasa dan menawarkan ekosistem yang unik, dengan beragam flora dan fauna yang bergantung pada lingkungan mangrove. Ekosistem mangrove sangat efektif dalam menyerap karbon dan berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim, menjadikannya penting dalam upaya carbon offsetting.

Aksesibilitas dan Pengalaman Wisata

Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi hutan mangrove ini, perjalanan menuju Desa Wisata Lantebung cukup mudah. Dari pusat Kota Makassar, pengunjung bisa berkendara sekitar 24 menit melalui Tol Insinyur Sutami. Meskipun jalan menuju lokasi cukup sempit, perjalanan ini akan terbayar dengan keindahan alam yang disuguhkan. Salah satu hal menarik yang bisa ditemui di sepanjang jalur menuju hutan mangrove adalah jalur warna-warni yang menyambut pengunjung untuk semakin merasa dekat dengan alam.

Biaya masuk untuk menikmati keindahan hutan mangrove di Lantebung cukup terjangkau. Dengan harga tiket mulai dari Rp 3.000 per orang, pengunjung dapat menjelajahi kawasan hutan mangrove yang indah ini. Selain menikmati pemandangan alam, wisatawan juga bisa mengikuti kegiatan edukasi mengenai pentingnya konservasi mangrove yang diberikan oleh pengelola setempat.

Keberlanjutan dan Konservasi Mangrove

Hutan mangrove Lantebung bukan hanya menjadi tempat wisata yang menarik, tetapi juga memiliki nilai penting dalam keberlanjutan lingkungan. Desa Wisata Lantebung telah memperoleh penghargaan Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2020. Penghargaan ini diberikan atas upaya desa dalam menjaga dan mengembangkan ekosistem mangrove sebagai bagian dari pelestarian lingkungan.

Mangrove di Lantebung telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sejak lama. Namun, sebelum tahun 1970-an, area mangrove ini sempat mengalami penurunan karena konversi lahan untuk kepentingan permukiman. Hal ini berdampak pada meningkatnya risiko abrasi dan kerusakan lingkungan. Pada masa itu, beberapa rumah warga pernah rusak berat akibat terjangan ombak dan angin kencang, terutama pada musim barat. Namun, berkat usaha dari para pegiat konservasi, seperti Saraba, penduduk mulai memahami pentingnya keberadaan mangrove dalam kehidupan mereka.

Saraba, seorang inisiator sekaligus pegiat konservasi mangrove di Lantebung, mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menanam dan menjaga mangrove. Ia juga melibatkan pelajar dan berbagai pihak untuk bersama-sama belajar dan berkontribusi dalam konservasi mangrove, yang kini menjadi salah satu ciri khas Desa Wisata Lantebung.

Penghargaan dan Pengakuan Nasional

Keberhasilan Desa Wisata Lantebung dalam mengelola ekosistem mangrove juga mendapat pengakuan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Baru-baru ini, desa ini masuk dalam daftar 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023. Penghargaan ini tidak hanya mencerminkan potensi wisata alamnya, tetapi juga mengakui peran desa dalam mendukung keberlanjutan ekowisata dan melestarikan lingkungan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengungkapkan bahwa hutan mangrove ini tidak hanya berfungsi sebagai destinasi wisata, tetapi juga berperan dalam keberlanjutannya sebagai bagian dari upaya Indonesia untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Mangrove di Lantebung menjadi salah satu contoh yang sangat baik untuk carbon offsetting, yang merupakan salah satu langkah untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim.

Aktivitas Wisata dan Edukasi di Lantebung

Wisatawan yang mengunjungi Lantebung tidak hanya disuguhi dengan keindahan alam, tetapi juga dapat berpartisipasi dalam berbagai aktivitas edukasi yang dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang ekosistem mangrove dan pentingnya pelestariannya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di desa ini antara lain:

  1. Tur Mangrove: Pengunjung dapat berjalan kaki atau menggunakan perahu untuk menjelajahi kawasan hutan mangrove yang rimbun. Selama tur, pemandu lokal akan menjelaskan berbagai jenis tanaman mangrove dan manfaatnya bagi lingkungan.
  2. Pendidikan Lingkungan: Desa Wisata Lantebung menyelenggarakan program pendidikan yang melibatkan masyarakat lokal dan wisatawan. Program ini bertujuan untuk mengedukasi semua pihak tentang pentingnya pelestarian mangrove dan dampaknya terhadap perubahan iklim.
  3. Penanaman Mangrove: Wisatawan juga memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penanaman mangrove sebagai bagian dari upaya konservasi dan restorasi ekosistem mangrove.
  4. Fotografi Alam: Keindahan alam Lantebung, dengan warna hijau alami dari pohon mangrove dan birunya air laut, menjadi objek fotografi yang sangat menarik bagi para pengunjung yang hobi memotret.

Dampak Positif bagi Masyarakat Lokal

Keberadaan hutan mangrove ini tidak hanya memberikan keuntungan bagi pengunjung, tetapi juga memberikan manfaat yang signifikan bagi perekonomian masyarakat setempat. Dengan adanya desa wisata ini, banyak warga yang terlibat dalam berbagai aktivitas pariwisata, seperti pemandu wisata, penyedia jasa transportasi, dan pengelola homestay. Hal ini membuka peluang usaha baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Selain itu, keberadaan hutan mangrove juga membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan akibat aktivitas manusia. Dengan melibatkan masyarakat dalam konservasi mangrove, mereka menjadi lebih peduli terhadap lingkungan dan turut menjaga kelestariannya untuk generasi mendatang.

Desa Wisata Lantebung di Makassar menawarkan lebih dari sekadar wisata alam yang indah. Hutan mangrove di tempat ini memiliki banyak manfaat ekologis yang penting, baik untuk perlindungan lingkungan maupun sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Dengan keberhasilan dalam konservasi dan pengelolaan ekowisata mangrove, Lantebung telah membuktikan bahwa ekowisata dapat menjadi sumber daya yang berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan.

Bagi siapa saja yang mencari pengalaman wisata yang tidak hanya menyegarkan mata, tetapi juga penuh makna, Desa Wisata Lantebung adalah pilihan yang tepat. Selain menikmati keindahan alam, pengunjung juga dapat belajar tentang pentingnya pelestarian mangrove, yang pada gilirannya turut mendukung keberlanjutan ekosistem dan kehidupan manusia.

unimma

Leave a Reply

  • https://ssg.streamingmurah.com:8048
  • Copyright ©2025 by PT. Radio Unimma. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048
  • Copyright ©2025 by unimmafm. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048/stream
  • Copyright ©2025 by unimmafm All Rights Reserved