Hubungi Kami

Teknologi Modifikasi Cuaca: Solusi Dampak El Nino yang Kian Nyata

Fenomena El Nino telah kembali mengancam Indonesia. Diperkirakan akan semakin mempengaruhi iklim pada tahun 2024, dampak El Nino, seperti peningkatan suhu global, kekeringan, serta potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), semakin terasa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta lembaga terkait lainnya sedang mempersiapkan berbagai strategi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan, salah satunya melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC). Artikel ini mengulas lebih mendalam tentang TMC sebagai salah satu solusi dalam mengatasi dampak El Nino di Indonesia.

@unimma_id

Apa itu El Nino dan Dampaknya di Indonesia?

El Nino adalah fenomena iklim yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur mengalami pemanasan yang signifikan. Fenomena ini bisa mempengaruhi pola cuaca di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Saat El Nino terjadi, Indonesia cenderung mengalami kekeringan, dengan penurunan curah hujan yang signifikan di banyak wilayah. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan, terutama di ekosistem gambut yang rentan terhadap kekeringan. Masyarakat Indonesia akan menghadapi ancaman kabut asap akibat karhutla yang dapat merusak kualitas udara dan lingkungan.

Teknologi Modifikasi Cuaca: Solusi Menghadapi El Nino

Menghadapi kekeringan dan potensi karhutla yang meningkat, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan sejumlah lembaga, termasuk Badan Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove (BRGM), BMKG, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), untuk memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca (TMC). TMC adalah teknologi yang digunakan untuk mempengaruhi pola cuaca dengan cara tertentu, seperti meningkatkan curah hujan di daerah-daerah yang membutuhkan air atau mengurangi intensitas hujan yang berpotensi menyebabkan bencana.

Terdapat dua pendekatan utama dalam TMC: Competition Mechanism dan Jumping Process Mechanism.

1. Competition Mechanism

Pada metode ini, penyemaian awan dilakukan menggunakan sistem ground base generator (GBG). GBG dipasang di sejumlah titik darat untuk mengganggu proses fisika dalam awan-awan konvektif, yang pada gilirannya dapat mengurangi intensitas hujan dan memperpendek durasi hujan. Pendekatan ini lebih banyak digunakan untuk mengendalikan hujan agar lebih teratur.

2. Jumping Process Mechanism

Metode ini lebih efektif dalam mempercepat proses hujan di daerah yang sangat membutuhkan curah hujan segera. Penyemaian awan dilakukan dengan menabur garam natrium klorida (NaCl) atau bahan semai lainnya dari pesawat terbang. Teknik ini digunakan untuk menciptakan hujan dengan cepat di area yang dipilih, seperti yang telah dilakukan oleh BRIN di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Implementasi TMC di Wilayah Prioritas

Pada tahun 2023, pemerintah melalui BRGM dan BRIN mulai melaksanakan TMC di beberapa wilayah yang rawan terkena dampak El Nino, seperti di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Kegiatan ini dimulai pada Mei 2023 dan berlanjut hingga bulan Juli. Wilayah Kalimantan Barat, yang telah terdeteksi memiliki sejumlah hotspot kebakaran hutan, menjadi salah satu fokus utama pelaksanaan TMC.

Hasil awal dari penerapan TMC di Kalimantan Barat menunjukkan dampak yang positif. Sebelum pelaksanaan TMC, curah hujan rata-rata di wilayah tersebut hanya sekitar 3,3 milimeter per hari. Namun, setelah dilakukannya modifikasi cuaca, curah hujan meningkat hampir tiga kali lipat menjadi 9,8 milimeter per hari, yang membantu mengurangi potensi kebakaran.

Dampak Positif TMC dalam Penanggulangan Karhutla

Selain meningkatkan curah hujan, pelaksanaan TMC di berbagai wilayah juga menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi jumlah titik panas (hotspot). Sebagai contoh, di wilayah Kalimantan Barat, jumlah hotspot menurun drastis dari 67 titik menjadi hanya 20 titik setelah TMC diterapkan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi ini dapat membantu menurunkan risiko kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi selama musim kemarau panjang yang dipicu oleh El Nino.

Dengan mempercepat proses pembasahan lahan gambut, TMC tidak hanya meningkatkan curah hujan tetapi juga menjaga kelembaban tanah dan mengurangi potensi kebakaran. Air yang turun sebagai hasil modifikasi cuaca ini diharapkan dapat mengisi kolam-kolam penyimpanan air di lahan gambut dan menjaga agar tinggi muka air tanah (TAMT) tetap stabil, sehingga mengurangi resiko karhutla yang sering terjadi pada periode Juli hingga November.

Kolaborasi dan Peran BRGM dalam Mendukung TMC

Kepala Pokja Restorasi Gambut Wilayah Sumatera, Susilo Indrarto, menyatakan bahwa BRGM siap mendukung pelaksanaan TMC untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan efektif. Kerja sama antara berbagai pihak, termasuk BRGM, BMKG, TNI, dan BRIN, diharapkan dapat memperkuat upaya mitigasi bencana kebakaran dan menjaga ekosistem gambut Indonesia yang rentan.

Susilo juga menegaskan bahwa restorasi gambut harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari pencegahan kebakaran hingga pemeliharaan kelembaban lahan gambut sepanjang tahun. Dengan adanya TMC, potensi kebakaran yang terjadi akibat musim kemarau yang panjang dapat dikurangi.

Tantangan dan Harapan Ke Depan

Meskipun TMC memberikan hasil yang menjanjikan, tantangan terbesar adalah memastikan keberlanjutan teknologi ini dan mengoptimalkan penerapannya di wilayah yang lebih luas. Keberhasilan TMC sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, dan masyarakat setempat. Selain itu, penting untuk terus memantau hasil yang diperoleh dan menyesuaikan metode TMC dengan kondisi lokal yang ada.

Untuk tahun-tahun mendatang, TMC diharapkan dapat menjadi bagian dari strategi jangka panjang dalam menghadapi dampak perubahan iklim, khususnya di Indonesia yang sering terdampak fenomena El Nino. Penggunaan teknologi modifikasi cuaca juga perlu didukung oleh riset dan inovasi lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi dan dampaknya dalam penanggulangan bencana karhutla.

Dengan semakin nyata dan beragamnya dampak El Nino, teknologi modifikasi cuaca (TMC) menjadi solusi yang semakin relevan untuk Indonesia. Melalui pendekatan yang tepat dan kolaborasi antara berbagai pihak, TMC dapat membantu mengurangi dampak buruk kekeringan, kebakaran hutan, dan lahan, serta menjaga keseimbangan ekosistem gambut yang sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan di Indonesia. Keberhasilan pelaksanaan TMC di sejumlah wilayah diharapkan dapat menjadi model untuk penanggulangan bencana karhutla yang lebih efektif di masa depan.

unimma

Leave a Reply

  • https://ssg.streamingmurah.com:8048
  • Copyright ©2025 by PT. Radio Unimma. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048
  • Copyright ©2025 by unimmafm. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048/stream
  • Copyright ©2025 by unimmafm All Rights Reserved