Film Dua Garis Biru, yang dirilis pada Juni 2019, adalah sebuah drama remaja yang mengangkat tema tanggung jawab dan konsekuensi dari hubungan percintaan pada masa remaja. Disutradarai oleh Gina S. Noer dan dibintangi oleh Angga Yunanda dan Adhisty Zara, film ini menawarkan pandangan mendalam tentang keputusan dan dampaknya dalam kehidupan remaja.

Sinopsis
Dua Garis Biru mengikuti kisah Bima (Angga Yunanda) dan Dara (Adhisty Zara), sepasang kekasih yang telah menjalin hubungan sejak SMA. Keduanya memiliki latar belakang akademis dan sosial yang berbeda. Dara, yang memiliki cita-cita untuk melanjutkan studinya di Korea Selatan dan sangat menyukai K-POP, berencana untuk pergi ke negara tersebut. Namun, kehidupan mereka berubah drastis ketika Dara hamil.
Dara yang tetap memutuskan untuk melahirkan bayi tersebut, menghadapi berbagai masalah, termasuk konflik dengan Bima yang merasa tidak siap dan meminta Dara untuk melakukan aborsi. Ketika Dara mengalami kecelakaan kecil di sekolah yang menyebabkan ketegangan lebih lanjut, keduanya terpaksa menghadapi konsekuensi dari keputusan mereka.
Masalah semakin rumit ketika Dara diusir dari rumah dan dipaksa untuk tinggal di rumah Bima. Orang tua mereka juga terlibat, dengan rencana untuk memberikan bayi mereka kepada bibi dan paman Dara, serta dorongan agar Bima dan Dara menikah. Setelah pernikahan, Bima harus bekerja di restoran milik ayah Dara, sementara hubungan mereka diuji oleh ambisi Dara untuk pergi ke Korea dan kekhawatiran tentang masa depan bayi mereka.
Akhirnya, Dara diizinkan untuk pergi ke Korea setelah melahirkan bayi mereka, yang diberi nama Adam. Sebelum keberangkatannya, Dara menulis sebuah kapsul waktu untuk Adam mengenai asal-usulnya dan keberadaan ibunya. Film ini berakhir dengan Dara yang dijemput menuju Bandara Soekarno-Hatta, meninggalkan Bima dan Adam di rumah.
Tafsiran Isi
Film ini memberikan gambaran tentang kehidupan remaja yang sering kali penuh dengan keputusan impulsif dan konsekuensi yang tidak terduga. Dua Garis Biru mengeksplorasi bagaimana hubungan remaja dapat mempengaruhi masa depan individu dan tanggung jawab yang datang bersama dengan keputusan tersebut. Keduanya, Bima dan Dara, menunjukkan keegoisan dan konflik internal yang menggambarkan tantangan yang sering dihadapi oleh remaja dalam menangani masalah serius seperti kehamilan yang tidak direncanakan.
Evaluasi
Dua Garis Biru dapat digunakan sebagai alat edukasi yang efektif mengenai seksualitas dan tanggung jawab di era modern. Film ini menyoroti pentingnya komunikasi, pengawasan orang tua, dan tanggung jawab dalam hubungan. Melalui perjalanan Bima dan Dara, penonton diingatkan tentang dampak dari keputusan yang diambil saat remaja dan bagaimana keputusan tersebut dapat memengaruhi masa depan mereka.
Namun, film ini juga perlu ditonton dengan pengawasan, terutama bagi penonton yang lebih muda, untuk memastikan mereka dapat memahami pesan dengan tepat tanpa mengambil kesimpulan yang salah mengenai pergaulan bebas dan tanggung jawab.
Dua Garis Biru adalah sebuah film yang menggambarkan perjalanan emosional sepasang remaja dalam menghadapi konsekuensi dari hubungan mereka. Selain sebagai hiburan, film ini juga memiliki nilai edukatif yang tinggi, memberikan wawasan tentang tanggung jawab dan konsekuensi dalam kehidupan remaja. Melalui kisah Bima dan Dara, penonton dapat mempelajari pentingnya pengambilan keputusan yang matang dan pengawasan yang lebih mendalam dari orang tua. Film ini menawarkan pelajaran berharga serta refleksi mengenai masa remaja dan tanggung jawab pribadi.
Fuad Arsyad