Indonesia sedang mempersiapkan langkah besar dalam perdagangan karbon internasional yang akan resmi diluncurkan pada Senin (20/12/2025). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai bahwa inisiatif ini berpotensi besar dalam meningkatkan investasi di sektor teknologi ramah lingkungan.

Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, Nugroho Adi Sasongko, menjelaskan bahwa perdagangan karbon merupakan salah satu upaya konkret dalam menekan emisi gas rumah kaca. Upaya ini telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon.
“Langkah ini tidak hanya menjadi solusi untuk mendukung tujuan Nationally Determined Contribution (NDC), tetapi juga menjadi peluang ekonomi yang dapat mendorong inovasi dan investasi dalam teknologi ramah lingkungan,” ujar Nugroho dalam keterangannya, Kamis (16/1/2025).
Komitmen Indonesia dalam Pengurangan Emisi
Dalam pertemuan Community of Practices (COP) 21 di Paris, Perancis, negara-negara dunia telah menyepakati target untuk menekan kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius sesuai dengan Paris Agreement. Sebagai bentuk komitmennya, Indonesia telah menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca melalui Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).
Sebelumnya, Indonesia menargetkan penurunan emisi sebesar 29 persen secara mandiri. Namun, berdasarkan ENDC, target ini meningkat menjadi 31 persen. Sementara itu, target pengurangan emisi dengan dukungan internasional yang sebelumnya 41 persen, kini dinaikkan menjadi 43 persen.
“Target yang dicanangkan adalah penurunan emisi sebesar 31,89 persen hingga 43,20 persen pada 2030 dibandingkan skenario Business as Usual atau BAU,” tambah Nugroho.
Peran Bursa Karbon dalam Menjaga Kredibilitas Pasar
Senior Analyst Pengembangan Karbon Trading PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Parlin Octavian Waldemar Tambunan, menyatakan bahwa BEI telah menyediakan infrastruktur perdagangan karbon melalui platform IDXCarbon.
Menurut Parlin, pelaku usaha yang ingin bergabung dalam bursa karbon harus memenuhi mekanisme yang telah ditetapkan guna menjaga kredibilitas dan kualitas perdagangan karbon.
“PT Bursa Efek Indonesia, melalui platform IDXCarbon, menyediakan infrastruktur perdagangan karbon di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan,” ujar Parlin.
Platform IDXCarbon dirancang untuk memastikan transparansi, likuiditas, efisiensi, serta kemudahan akses dalam transaksi karbon. IDXCarbon diharapkan menjadi solusi bagi perdagangan karbon berkualitas tinggi dengan keamanan dan kemudahan transaksi dalam skala internasional.
Tantangan dan Prospek Perdagangan Karbon di Indonesia
Perdagangan karbon memiliki sifat yang unik dibandingkan aset atau komoditas lain seperti batu bara dan emas. Staf IDXCarbon, Edwin Hartanto, menekankan bahwa setiap negara memiliki pandangan berbeda terhadap karbon, sehingga diperlukan diskusi mendalam untuk mencapai kesepahaman dalam perdagangan ini.
“Setiap negara memiliki perspektif yang berbeda mengenai nilai dan mekanisme perdagangan karbon, sehingga perlu adanya diskusi dan harmonisasi regulasi agar perdagangan ini dapat berjalan secara efektif,” terang Edwin.
IDXCarbon juga menawarkan akses perdagangan karbon yang sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini dapat mendorong kolaborasi lintas sektor untuk mencapai target rendah emisi. Dengan meningkatnya minat terhadap teknologi hijau, perdagangan karbon diharapkan dapat menjadi pendorong utama dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon di Indonesia.