Film Ayla: The Daughter of War telah menarik perhatian banyak penggemar film melodrama dengan kisahnya yang mengharukan dan penuh emosi. Dirilis pada tahun 2017, film ini diadaptasi dari kisah nyata yang terjadi pada masa Perang Korea, khususnya mengisahkan hubungan antara seorang tentara Turki dan seorang anak Korea yang terpisah dari ibunya.

Latar Belakang Cerita
Film ini berlatar belakang pada tahun 1950, saat Republik Turki mengirim ribuan tentara untuk membantu pasukan PBB dalam Perang Korea. Salah satu tentara Turki yang terlibat, Sűleyman Dilbilrigi, menjalani pengalaman yang sangat mengubah hidupnya.
Saat bertugas di Korea, Sűleyman Dilbilrigi menemukan seorang anak kecil berusia sekitar lima tahun yang sedang menangis dengan penuh kesedihan sambil memegang tangan ibunya. Tragisnya, ibu anak tersebut sudah meninggal dunia. Dalam situasi tersebut, Sűleyman merasa tergerak untuk membantu dan membawanya ke markas tentaranya. Karena perbedaan bahasa dan kesulitan dalam berkomunikasi, ia memutuskan untuk memberi anak tersebut nama “Ayla,” yang dalam bahasa Turki berarti “bulan,” karena bentuk wajahnya yang bundar mirip bulan.
Namun, karena proses adopsi yang rumit dan tantangan dalam komunikasi, Ayla harus tetap tinggal di Korea sementara Sűleyman kembali ke Turki.
Pencarian dan Pertemuan Kembali
Beberapa tahun setelah peristiwa tersebut, Sűleyman Dilbilrigi kembali ke Korea dengan harapan menemukan Ayla. Ia mengalami kesulitan besar karena tidak mengetahui nama asli Ayla dalam bahasa Korea. Meski usahanya penuh tekad, ia akhirnya harus menyerah dan kembali ke Turki tanpa menemukan Ayla.
Nasib mempertemukan mereka kembali pada tahun 2010, saat diadakan peringatan untuk tentara Republik Turki yang berjuang dalam Perang Korea. Ayla, yang sekarang telah dewasa, menghadiri acara tersebut dan mengingat kenangan masa kecilnya. Pertemuan mereka di acara tersebut sangat emosional dan penuh haru, menandai reunifikasi yang luar biasa setelah bertahun-tahun terpisah.
Beberapa tahun setelah pertemuan tersebut, Ayla mengunjungi Sűleyman Dilbilrigi di Turki, melanjutkan hubungan yang telah terjalin sejak masa kecil mereka.
Produksi dan Keterlibatan Sűleyman Dilbilrigi
Sűleyman Dilbilrigi turut terlibat dalam produksi film Ayla: The Daughter of War bersama sutradara Mustafa Uslu. Ia tidak pernah membayangkan bahwa kisahnya akan diangkat ke layar lebar. Saat menonton film, Sűleyman Dilbilrigi sangat terharu karena film tersebut mampu menggambarkan kembali pengalaman dan emosinya secara mendalam.
Akhir Hidup dan Warisan
Tak lama setelah penayangan film, Sűleyman Dilbilrigi mengalami masalah kesehatan serius, termasuk gagal ginjal dan gangguan pernapasan. Penyakit tersebut membawanya pada akhir hayatnya pada 7 Desember 2017. Meski begitu, warisan Sűleyman Dilbilrigi dan kisah persahabatan dan kemanusiaan yang digambarkan dalam Ayla akan terus dikenang dan memberikan inspirasi bagi banyak orang.
Film Ayla: The Daughter of War tidak hanya menjadi sebuah karya seni yang menggugah emosi tetapi juga sebuah penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, persahabatan, dan keberanian di tengah kondisi yang sulit. Dengan kisah yang mengharukan dan pembuatan film yang sensitif, Ayla telah menjadi salah satu film yang berharga dalam sinema internasional dan Indonesia.