Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai daerah yang kaya akan kuliner tradisional. Salah satu hidangan khas yang menarik perhatian adalah kicikan, sebuah olahan berbahan dasar daging sapi yang memiliki cita rasa khas dan unik. Kuliner ini berasal dari Padukuhan Banjardowo, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, dan telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat.

Sejarah dan Asal-Usul Kicikan
Kicikan telah ada sejak ratusan tahun lalu dan menjadi bagian penting dalam budaya kuliner masyarakat Gunungkidul. Nama “kicikan” berasal dari bumbu khas yang digunakan dalam pengolahannya, yaitu bumbu kicik yang memberikan rasa khas pada hidangan ini. Awalnya, kicikan dibuat sebagai sajian istimewa dalam acara adat dan perayaan tertentu. Namun, seiring waktu, hidangan ini mulai dijual di pasar-pasar tradisional dan menjadi makanan favorit masyarakat setempat.
Proses Pembuatan Kicikan
Kicikan terbuat dari campuran daging dan jeroan sapi yang telah dicacah halus. Proses memasaknya memerlukan teknik khusus agar menghasilkan rasa yang gurih dan tekstur yang empuk. Berikut langkah-langkah dalam pembuatan kicikan:
- Persiapan Bahan: Daging sapi dan jeroan (biasanya babat, usus, dan hati) dicuci bersih lalu dipotong kecil-kecil.
- Pengolahan Awal: Potongan daging dan jeroan direbus hingga empuk untuk menghilangkan bau amis dan mendapatkan tekstur yang lembut.
- Pembuatan Bumbu Kicik: Bumbu utama terdiri dari bawang merah, bawang putih, ketumbar, kunyit, lengkuas, jahe, kemiri, dan daun salam. Semua bumbu ini dihaluskan dan ditumis hingga harum.
- Pemasakan: Daging dan jeroan yang telah direbus dimasukkan ke dalam bumbu kicik. Campuran ini kemudian dimasak dengan tambahan santan agar mendapatkan rasa yang lebih gurih.
- Penyajian: Kicikan disajikan dengan nasi beras merah khas Gunungkidul dan sambal bawang untuk menambah cita rasa pedas yang nikmat.
Cita Rasa Kicikan
Kicikan memiliki cita rasa yang gurih dan sedikit manis, mirip dengan tongseng, tetapi dengan tekstur yang lebih lembut. Berbeda dengan tongseng yang umumnya menggunakan merica dan cabai mentah sebagai bumbu utama, kicikan lebih sering dipadukan dengan sambal bawang yang memberikan sensasi pedas yang khas. Kombinasi kuah yang kaya rempah dan daging yang empuk membuat hidangan ini semakin lezat.
Kicikan dalam Kehidupan Masyarakat
Masyarakat Gunungkidul telah lama mengonsumsi kicikan sebagai bagian dari tradisi kuliner mereka. Hidangan ini umumnya dijual di pasar tradisional dan menjadi incaran para perantau yang kembali ke kampung halaman. Namun, karena pasar tradisional di daerah ini hanya beroperasi pada hari-hari tertentu sesuai kalender Jawa, kicikan tidak selalu tersedia setiap hari. Oleh karena itu, bagi yang ingin mencicipinya, disarankan untuk datang ke pasar saat hari pasaran.
Selain itu, kicikan juga kerap dijadikan sebagai hidangan spesial dalam berbagai acara adat dan perayaan keluarga. Banyak masyarakat setempat yang mempertahankan tradisi memasak kicikan sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur mereka.
Harga dan Cara Penyajian
Salah satu keunikan kicikan adalah cara penyajiannya yang masih tradisional. Seporsi kicikan biasanya dibungkus menggunakan daun jati, yang tidak hanya menjaga cita rasa makanan tetapi juga menambah aroma khas pada hidangan. Harga seporsi kicikan cukup terjangkau, sekitar Rp5.000 per porsi, sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat.
Popularitas di Kalangan Wisatawan
Seiring dengan berkembangnya pariwisata di Yogyakarta, kicikan mulai dikenal oleh wisatawan dari berbagai daerah. Banyak pengunjung yang penasaran untuk mencoba kuliner ini karena keunikan bahan dan cita rasanya yang khas. Beberapa warung makan di Gunungkidul juga mulai menyediakan kicikan sebagai menu utama mereka, sehingga wisatawan lebih mudah menemukannya tanpa harus menunggu hari pasaran di pasar tradisional.
Seorang wisatawan asal Magelang, Rendika, mengungkapkan bahwa dirinya sangat menikmati kicikan karena rasanya yang unik dan berbeda dari olahan daging sapi lainnya. “Kicikan rasanya unik dan menurut saya yang baru pertama kali mencoba ini enak sekali,” ujarnya.
Harapan Pelestarian Kicikan
Sebagai kuliner khas daerah, masyarakat Gunungkidul berharap kicikan dapat terus dilestarikan dan dikenal oleh generasi muda. Beberapa upaya yang dilakukan untuk menjaga eksistensi kuliner ini antara lain:
- Promosi Kuliner Lokal: Melalui festival makanan dan media sosial, kicikan mulai diperkenalkan ke lebih banyak orang di luar Gunungkidul.
- Pemberdayaan UMKM: Banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mulai menjual kicikan dalam kemasan agar lebih praktis dan dapat dijangkau oleh wisatawan.
- Pengembangan Resep Modern: Beberapa inovasi mulai dilakukan untuk menghadirkan variasi kicikan yang lebih menarik, seperti kicikan tanpa santan atau versi kicikan dengan tambahan rempah-rempah modern.
Kicikan adalah kuliner khas Gunungkidul yang memiliki banyak penggemar karena kelezatan dan keunikan rasanya. Sebagai hidangan yang telah diwariskan selama ratusan tahun, kicikan tidak hanya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat tetapi juga semakin menarik minat wisatawan. Dengan berbagai upaya pelestarian yang dilakukan, diharapkan kicikan dapat terus dikenal dan dinikmati oleh generasi mendatang sebagai salah satu warisan kuliner Nusantara yang berharga.