Momen mudik bukan hanya tentang melepas rindu dengan keluarga, tetapi juga tentang meresapi kembali aroma dan cita rasa dari kampung halaman. Kota Solo, sebagai salah satu pusat budaya di Jawa Tengah, selalu menyambut para perantau dengan ragam kuliner khas yang menggoda lidah. Dari makanan berat berkuah hingga camilan manis yang cocok dinikmati bersama secangkir teh hangat, Solo tak pernah kehabisan sajian untuk dinikmati selama libur Lebaran.

Bagi Anda yang berencana mudik atau hanya sekadar singgah di Kota Solo, berikut lima rekomendasi kuliner khas yang tidak hanya lezat, tetapi juga sarat akan nilai budaya dan sejarah. Yuk, kita telusuri satu per satu!
1. Selat Solo: Perpaduan Jawa dan Belanda dalam Sepiring Rasa
Selat Solo adalah hidangan unik yang menggambarkan akulturasi antara budaya Jawa dan Belanda. Sekilas mirip bistik atau salad Eropa, namun modifikasi bumbu khas Jawa menjadikan rasanya lebih bersahabat dengan lidah Nusantara. Dalam satu piring selat solo, Anda akan menemukan potongan daging sapi yang telah digoreng atau dipanggang, kemudian disiram dengan kuah kecap encer yang manis dan gurih.
Yang membuat selat solo spesial adalah kombinasi lauk dan sayurannya: ada kentang rebus atau goreng, wortel, buncis, telur rebus, acar mentimun, selada segar, dan tak jarang dilengkapi dengan mayones homemade. Kuahnya yang ringan dengan aroma pala dan cengkeh menghadirkan pengalaman makan yang berbeda dari hidangan daging pada umumnya.
Selat solo dapat dinikmati di berbagai warung dan rumah makan legendaris di Solo, salah satunya adalah Selat Vien’s di daerah Serengan yang telah eksis sejak 1985.
2. Timlo Solo: Sup Tradisional Berisi Nostalgia
Jika Anda rindu masakan ibu di rumah, cobalah semangkuk timlo solo. Makanan ini sangat cocok disantap saat pagi hari atau saat berbuka puasa karena kuahnya yang ringan namun kaya rasa. Timlo solo merupakan sup berisi potongan sosis solo (mirip rolade), telur pindang, hati dan ampela ayam, bihun, dan kadang ditambah keripik kentang goreng tipis.
Kuahnya bening, disajikan hangat dengan taburan bawang goreng dan seledri, menambah cita rasa gurih yang khas. Tidak seperti sup Eropa yang creamy, timlo solo lebih menyerupai sup ayam Jawa dengan rasa yang bersih dan kaldu yang sedap.
Salah satu tempat terkenal untuk menikmati Timlo Solo adalah Timlo Sastro di Pasar Gede, yang sudah berdiri sejak 1952 dan menjadi destinasi favorit banyak tokoh nasional saat berkunjung ke kota ini.
3. Nasi Liwet: Simbol Kehangatan dan Kebersamaan
Tak lengkap rasanya membicarakan kuliner Solo tanpa menyebut nasi liwet. Makanan ini biasa dinikmati saat sarapan atau malam hari, dan memiliki makna budaya tersendiri karena biasanya disajikan dalam porsi besar untuk dimakan bersama-sama.
Nasi liwet terdiri dari nasi gurih yang dimasak dengan santan, disajikan dengan sayur labu siam, telur pindang, suwiran ayam kampung, areh (santan kental), dan kadang ditambah kerupuk rambak atau jeroan ayam. Rasanya gurih, creamy, dan sangat mengenyangkan.
Di Solo, salah satu tempat legendaris untuk menikmati nasi liwet adalah di kawasan Keprabon, terutama di warung Nasi Liwet Bu Wongso Lemu yang sudah berjualan sejak 1950-an. Menariknya, para penjual masih mempertahankan gaya penyajian tradisional dengan tikar dan lampu minyak, menciptakan suasana nostalgia yang kental.
4. Serabi Notosuman: Camilan Manis Tradisional yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu
Kalau Anda mencari oleh-oleh atau camilan sore hari, serabi Notosuman adalah pilihan yang tepat. Serabi khas Solo ini berbeda dengan serabi Bandung yang menggunakan kuah santan. Serabi Solo memiliki tekstur yang lebih lembut dan hanya terdiri dari dua varian: polos dan cokelat (dengan taburan meises).
Proses memasaknya masih menggunakan tungku tanah liat dan arang, sehingga aroma smokey-nya sangat menggoda. Rasanya gurih karena adonan berbasis santan, dengan bagian pinggir yang renyah dan bagian tengah yang lembut serta legit.
Lokasi paling terkenal untuk mencicipi atau membeli serabi ini adalah di Serabi Notosuman Ny. Lidia dan Serabi Notosuman Ny. Handayani, keduanya berada di Jalan Moh. Yamin. Pastikan datang lebih awal, karena serabi ini sering habis sebelum sore.
5. Es Dawet Telasih Bu Dermi: Legenda Manis dari Pasar Gede
Setelah puas dengan hidangan utama, saatnya menyegarkan diri dengan minuman manis khas Solo yang sangat cocok untuk berbuka puasa: Es Dawet Telasih Bu Dermi. Minuman ini sudah berjualan sejak tahun 1930-an dan masih bertahan hingga kini.
Isian es dawet ini cukup unik: cendol hijau dari tepung beras, biji selasih (telasih), tape ketan, potongan nangka, dan tak ketinggalan bubur sumsum. Semua bahan tersebut disiram dengan santan segar dan larutan gula merah, lalu ditambahkan es batu serut yang membuatnya begitu menyegarkan.
Minuman ini dijual di dalam area Pasar Gede Harjonagoro, pusat kuliner dan bahan makanan di Solo. Antrian panjang di warung Bu Dermi menjadi bukti bahwa es dawet ini bukan sekadar pelepas dahaga, tetapi bagian dari budaya kuliner Solo yang mendalam.
Menikmati Kuliner Solo, Menyelami Budaya Leluhur
Kuliner di Kota Solo tidak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga memperkaya pengalaman budaya. Setiap suapan membawa kita menyusuri jejak sejarah panjang, dari pengaruh kolonial hingga warisan kerajaan Mataram. Bagi pemudik, menyantap makanan khas ini adalah cara untuk merayakan identitas dan membangun kembali koneksi emosional dengan kampung halaman.
Tak heran jika banyak orang yang rela mengantre atau bahkan menyiapkan daftar kuliner sejak sebelum berangkat mudik ke Solo. Mulai dari hidangan berat hingga camilan ringan, semua bisa ditemukan di sudut-sudut kota, dari warung sederhana hingga pasar tradisional dan sentra oleh-oleh.
Jadi, jika Anda berkesempatan pulang ke Solo tahun ini, jangan hanya pulang untuk berkumpul, tapi juga untuk mencicipi warisan rasa yang telah berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Karena di setiap piring selat, semangkuk timlo, hingga segelas es dawet, tersimpan cerita yang lebih dari sekadar resep.