Hubungi Kami

Kerajaan Kupu-Kupu Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung atau disingkat TN. Babul terletak di Sulawesi Selatan, Taman Nasional ini berdiri di atas lahan seluas ± 43.750 Ha. Secara administrasi, kawasan taman nasional ini terletak di wilayah Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Taman nasional ini mulai ditunjuk menjadi kawasan konservasi atau taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004. Saat ini dikelola oleh Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, yang berkedudukan di kecamatan Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan

@unimma_id

 

Taman Nasional ini merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang menyuguhkan wisata alam berupa lembah bukit kapur, air terjun, gua, stalakmit, stalaknit dan yang terkenal adalah habitat beragam spesies kupu-kupu. Hal inilah yang menjadikan Batimurung dijuluki sebagai The Kingdom of Butterfly atau kerajaan kupu-kupu oleh Alfred Russel Wallace. Antara tahun 1856-1857, Alfred Russel Wallace sepanjang hidupnya di kawasan tersebut untuk meneliti berbagai jenis spesies kupu-kupu.

Taman Nasional ini memang menonjolkan kupu-kupu sebagai daya tarik utamanya. Di tempat ini sedikitnya ada 20 jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah dan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 7/1999. Beberapa jenis kupu-kupu yang unik dan hanya terdapat di Sulawesi Selatan ini, yaitu  Troides Helena LinneTroides Hypolitus CramerTroides Haliphron BoisduvalPapilo Adamantius , dan  Cethosia Myrana . Selain kupu-kupu sebagai daya tarik utama Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, terdapat objek wisata lain seperti gua. Disana terdapat lebih dari 80 Gua alam dan Gua prasejarah yang tersebar di kawasan karst TN Bantimurung-Bulusaraung.Dua buah gua yang menjadi prioritas utama wisatawan adalah Gua Batu dan Gua Mimpi.

 

 

Seperti penjelasan di atas bahwa Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung ini memiliki objek wisata berupa air terjun. Air terjun yang dikenal dengan nama air terjun Bantimurung ini memiliki sejarah, yaitu dalam perjanjian Bungaya I dan perjanjian Bungaya II pada tahun 1667-1669, Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh Belanda. Hal ini menjadikan bentuk-bentuk pemerintahan atau kerajaan-kerajaan kecil yang berada di wilayah Kerajaan Maros adalah dalam bentuk  Regentschaap  yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal bergelar  Regent  atau gelar yang setara dengan Bupati.

Setelah itu, Maros berubah menjadi Distrik Adat  Gemenschaap  yang dipimpin oleh seorang kepala distrik yang dipilih dari bangsawan lokal dengan gelar Karaeng, Arung atau Gallarang. Kerajaan Simbang merupakan salah satu Distrik Adat  Gemenschaap  yang berada dalam wilayah Kerajaan Maros. Distrik ini dipimpin oleh seorang bangsawan lokal bergelar Karaeng.

Pada sekitar tahun 1923, seseorang yang bernama Patahoeddin Daeng Paroempa menjadi Karaeng Simbang. Ia mulai mengukuhkan kehadirannya di Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan pembangunan di wilayahnya. Salah satu program yang dijalankannya adalah dengan melaksanakan pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang. Hal ini bertujuan agar transportasi dari kerajaan ke daerah-daerah sekitarnya menjadi lancer dan lebih mudah. Pembuatan jalan ini, rencananya akan daerah hutan belantara. Namun, pekerjaan tersebut terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dari dalam hutan menjadi jalur pembuatan jalan tersebut.

Saat itu para pekerja tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan jalan, karena suara gemuruh yang terdengar begitu keras. Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini memerintahkan seorang pegawai kerajaan untuk langsung ke dalam hutan asal dari suara gemuruh tersebut. Setelah pegawai kerajaan melakukan pemeriksaan ke lokasi tersebut, Karaeng Simbang lalu bertanya dalam bahasa bugis “ Aga ro merrung ?” yang artinya suara apa itu yang bergemuruh?. Dan sang pegawai tersebut menjawab “ Benti, Puang ,” yang artinya Air, Tuanku.

Kosa kata seperti ini biasanya diucapkan ketika bertutur kata dengan kaum bangsawan. Mendengar laporan tersebut, Karaeng Simbang lalu memutuskan melihat langsung asal sumber suara yang dimaksud. Sesampainya di tempat asal suara tersebut, Karaeng Simbang terpana dan menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir dari atas gunung. Beliau lalu berujar; Makessingi kapang narekko iyae onroangngnge diasengi Benti Merrung! “ yang artinya mungkin ada baiknya jika tempat ini cocok untuk air yang bergemuruh.

 

 

Berawal dari kata Bentimerrung inilah kemudian berubah bunyi menjadi Bantimurung. Penemuan air terjun tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan. Selain itu daerah di sekitar air terjun tersebut dijadikan sebagai sebuah perkampungan baru di wilayah Kerajaan Simbang. Kampung ini dikepalai oleh seorang kepala kampung bergelar Pinati Bantimurung. Jika Anda ingin berkunjung ke Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Anda terlebih dahulu harus menemukan Pasar Sentral Maros, karena dari tempat inilah Anda dapat menemukan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung dengan mudah. Dari Pasar Sentral Maros anda dapat menggunakan angkutan umum jurusan Maros-Bantimurung-Sambueja yang akan mengantar anda sampai pintu masuk Taman Nasional.

https://katalogwisata.com/
Post Unimma

Leave a Reply

  • https://ssg.streamingmurah.com:8048
  • Copyright ©2025 by PT. Radio Unimma. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048
  • Copyright ©2025 by unimmafm. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048/stream
  • Copyright ©2025 by unimmafm All Rights Reserved