Ketika All Elite Wrestling (AEW) mengumumkan bahwa mereka sedang menggarap game konsol pertamanya pada tahun 2020, pengumuman itu hadir dalam bentuk parodi video dari presentasi Apple era 2000-an ala Steve Jobs. AEW: Fight Forever, yang akhirnya rilis tiga tahun kemudian, tetap memegang teguh elemen nostalgia seperti yang tampak dalam pengumuman tersebut. Game ini tidak hanya bertujuan untuk menghidupkan kembali era di mana berbagai promotor gulat mengeluarkan game-game sukses, tetapi juga menghidupkan gaya permainan arcade gulat dengan kontrol yang lebih sederhana. Bahkan, AEW merekrut Hideyuki “Geta” Iwashita, sutradara game legendaris WWF No Mercy dan WCW/nWo Revenge, untuk memastikan pengalaman bermain yang ikonis tersebut.

Fight Forever berhasil dalam upayanya menghidupkan kembali gaya permainan klasik. Kontrolnya terasa pas untuk pemain pemula namun tetap memberikan kedalaman bagi pemain berpengalaman yang ingin menguasai gerakan setiap karakter. Pertandingan berlangsung cepat, dan setiap pegulat memiliki atribut unik yang membuat mereka terasa berbeda. Misalnya, Kenny Omega memiliki serangan lutut V-Trigger yang sering digunakan, sementara Jon Moxley terkenal karena kemampuannya untuk hampir selalu membalas serangan. Setiap karakter begitu autentik sehingga terasa lebih orisinal dibandingkan karakter tiruan yang dibuat penggemar di WWE 2K. Selain itu, game ini dipenuhi dengan easter egg di berbagai arena dan pertandingan, yang memberikan penghargaan bagi pemain yang kreatif dalam menyerang atau mencoba mereplika momen ikonik dari AEW.
Namun, di balik mekanisme permainan yang solid, Fight Forever memiliki beberapa kekurangan yang tampak jelas. Mode kustomisasi karakter terbilang minim, meskipun variasi gerakan yang bisa dipilih cukup luas. Story mode “Road to Elite” bisa diselesaikan dalam waktu singkat, hanya beberapa jam. Selain itu, daftar karakter yang tersedia juga kurang memuaskan.
Roster dalam Fight Forever didasarkan pada karakter AEW hingga akhir tahun 2021, tetapi banyak pegulat asli AEW yang tidak muncul. Pembaruan seperti kejuaraan AEW Trios, International Championship milik Orange Cassidy, Ring of Honor, serta juara dan tokoh terkenal lainnya seperti Samoa Joe, Saraya, The Acclaimed, dan Jamie Hayter tidak tersedia. Bahkan, divisi tag team AEW yang terkenal hanya memiliki empat tim, sementara FTR yang berstatus juara hanya tersedia sebagai DLC. Meskipun para pemain utama dan favorit penggemar AEW tetap ada, keterbatasan roster membuat pengalaman bermain terasa sedikit datar.
Meski memiliki beberapa kekurangan, Fight Forever tidak terlalu serius terhadap dirinya sendiri. Sebagian besar dialog dan visual dalam “Road to Elite” terasa seperti gabungan antara Street Fighter II dan sketsa dari Being The Elite. Mini-game dalam game ini mengingatkan kita pada Pokemon Stadium dengan momen-momen lucu. Pertandingan dengan aturan ekstrim, seperti Exploding Barbed Wire Deathmatch dan Lights Out, memberikan kesenangan tambahan yang membuat permainan lebih variatif.
Secara keseluruhan, AEW: Fight Forever memiliki inti dari sebuah game gulat yang luar biasa. Meskipun beberapa wawancara telah mengisyaratkan bahwa game ini mungkin akan mengikuti jejak No Man’s Sky dengan pembaruan dan DLC pasca peluncuran, ada juga kemungkinan game ini akan mengembangkan sekuelnya seperti Street Fighter, yang membangun konsep dari game awal dan meraih sukses besar. Meskipun mungkin tidak akan mengubah lanskap game gulat profesional, Fight Forever tetap menawarkan pengalaman berbeda dari game WWE tahunan dan pastinya akan menghibur penggemar AEW serta pemain yang mencari sensasi baru di dunia game gulat.