SURAKARTA – Menyambut Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengadakan Muhammadiyah Business and Investment Forum (Forum Bisnis Investasi), Rabu (16/11).
Bertempat di The Sunan Hotel Solo, kegiatan diikuti perwakilan MEK dari seluruh Indonesia, terutama mereka yang telah tiba untuk bersiap mengikuti Muktamar. Selain itu, hadir pula Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri BUMN Erik Thohir, Menparekraf Sandiaga S Uno, Ketua Kadin Arsyad Rasyid, Ketua PP Muhammadiyah bidang ekonomi Anwar Abbas, dan Ketua MEK PP Muhammadiyah, Herry Zudianto.
Memberikan sambutan pembukaan acara, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan tahniah. Haedar berharap acara ini mampu merumuskan langkah strategis agar bisnis dan investasi mengalami kemajuan di Muhammadiyah dan kembali menjadi jati diri setiap anggota Persyarikatan.
Tak lupa, dirinya berharap serta bagaimana Muhammadiyah mampu berperan lebih jauh dalam pengembangan ekonomi dan bisnis nasional.
“Bagi Muhammadiyah bisnis dan kegiatan ekonomi sebenarnya bagian dari tradisi awal di mana kemajuan cabang-cabang Muhammadiyah awal itu beriringan dengan lahirnya pusat-pusat wirausaha di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah. Kedua bahwa generasi awal dan sesudahnya juga menghasilkan saudagar Muhammadiyah yang di kemudian hari menginspirasi untuk lahirnya forum atau jaringan saudagar Muhammadiyah,” harapnya.
Haedar berpesan MEK PP Muhammadiyah terus mengakselerasi program yang lebih nyata untuk mengembangkan bisnis, kewirausahaan, dan aktivitas yang berkaitan dengan investasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di Persyarikatan.
“Muhammadiyah punya kekuatan Amal Usaha di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial yang biarpun basisnya bukan bisnis tetapi dapat dijadikan dan dimanfaatkan untuk berkolaborasi untuk pengembangan kegiatan bisnis,” pesannya. Haedar juga menyampaikan optimismenya terhadap perkembangan bidang bisnis di lingkungan Persyarikatan.
“Selama ini dalam lima tahun terakhir Muhammadiyah lewat Majelis Ekonomi, ‘Aisyiyah, dan usaha-usaha yang tumbuh dari bawah mulai menghidupkan usaha-usaha mikro kecil menengah dan kegiatan-kegiatan bisnis dan investasi yang perkembangannya alhamdulillah cukup menggembirakan,” ungkap Haedar.
Namun meskipun perkembangan kegiatan ekonomi di Muhammadiyah cukup menggembirakan, dirinya berpesan agar MEK tidak berpuas diri.
“Kita memerlukan akselerasi dan langkah-langkah progresif ke depan sehingga Muhammadiyah dengan konsolidasi potensi yang dimilikinya dapat menjadi kekuatan baru, yakni kekuatan ekonomi, kekuatan bisnis yang insyaAllah akan menjadi pilar membangun kemandirian sekaligus kekuatan umat dan bangsa,” ujarnya.
Anak-anak muda dan milenial, juga diharapkan Haedar menjadi target binaan MEK untuk menghidupkan kultur ekonomi dan bisnis, sekaligus melahirkan para saudagar dan pengusaha muda.
“Bangsa yang maju adalah bangsa yang ekonominya kuat dan tentu saja nilai-nilai luhurnya hidup sebagai basis orientasi hidup. Maka dalam konteks ini kegiatan forum Muhammadiyah Business and Investment harus menjadikan komitmen bersama dan nanti setelah Muktamar yang terintegrasi dengan program-program Muhammadiyah hasil muktamar, akan melahirkan gerak yang lebih bersifat transformatif dalam kegiatan bisnis, investasi dan ekonomi,” pungkas Haedar.