Majalengka, sebuah kabupaten yang terletak di Jawa Barat, kini mendapatkan perhatian dunia internasional melalui keikutsertaannya dalam pameran Documenta yang berlangsung di Kassel, Jerman, pada 13-19 Juli 2022. Dalam ajang tersebut, empat kuliner khas Majalengka akan dipamerkan melalui acara bertajuk Food Diplomacy Majalengka Week. Pameran ini bertujuan untuk memperkenalkan keanekaragaman kuliner Indonesia, khususnya dari Majalengka, kepada masyarakat dunia, serta menjalin hubungan antarbudaya melalui makanan.
Berikut adalah empat kuliner khas Majalengka yang akan disajikan dalam pameran tersebut, yang menggambarkan kekayaan kuliner dan tradisi lokal yang ada di daerah ini.
1. Kopi Majalengka
Kopi telah menjadi salah satu komoditas utama yang diandalkan oleh banyak daerah di Indonesia, tak terkecuali Majalengka. Kopi Majalengka, khususnya yang ditanam di daerah Lemahsugih, akan menjadi salah satu sajian utama yang akan dipamerkan di Documenta. Kedai Kopi Apik, yang dimiliki oleh Gilang Pramudhita, berperan penting dalam memperkenalkan kopi lokal Majalengka ke dunia internasional.
Meskipun pada dasarnya kopi Majalengka tidak jauh berbeda dengan kopi dari daerah lain, Gilang akan menonjolkan cita rasa khas yang datang dari tanah Lemahsugih yang subur. Selain itu, ia juga membawa perlengkapan penyajian kopi yang kental dengan unsur-unsur lokal, yang bertujuan untuk memberikan pengalaman unik bagi pengunjung pameran. Dengan tema Food Diplomacy, sajian kopi ini diharapkan dapat memperkenalkan keunikan rasa kopi Indonesia dan membangun pertukaran budaya melalui dunia perkopian.
2. Nasi Liwet
Selanjutnya, Nasi Liwet khas Majalengka yang akan disajikan oleh Saung Eurih merupakan salah satu hidangan ikonik dari daerah ini. Nasi liwet adalah makanan yang disajikan dengan cara dimasak bersama berbagai bumbu dan rempah, seperti daun salam, serai, dan santan, hingga menghasilkan rasa gurih yang khas. Dalam pameran ini, Saung Eurih ingin memperkenalkan lebih dari sekedar nasi liwet itu sendiri, tetapi juga nilai-nilai kebersamaan yang terkandung dalam sajian tersebut.
Menurut Eman, pemilik Saung Eurih, semangat dari nasi liwet adalah kebersamaan, di mana orang-orang berkumpul dan berbagi makanan, mempererat tali persaudaraan. “Liwet itu adalah kebersamaan. Bagaimana orang-orang kampung bertemu, berbicara berbagai hal, dan tentu ada gotong royong,” ujar Eman. Oleh karena itu, di pameran tersebut, selain menikmati nasi liwet, pengunjung juga akan dihadapkan dengan pesan mendalam tentang pentingnya kebersamaan dan nilai-nilai sosial yang kuat dalam budaya Majalengka.
3. Roti, Tempe, dan Serabi
Produk lokal dari Majalengka yang tak kalah menarik untuk dicicipi adalah hasil karya Pandu Rahadian, pemilik dari Roti Wangi. Dalam pameran Documenta, Pandu akan memperkenalkan produk baru yang kental dengan unsur lokalitas, yakni roti yang disajikan bersama tempe. Uniknya, tempe yang disajikan di pameran ini menggunakan bahan dasar kacang almond, bukan kedelai, yang disesuaikan dengan preferensi dan kultur kuliner di Jerman.
Selain tempe, Pandu juga akan menampilkan serabi yang merupakan salah satu camilan tradisional khas Jawa Barat. Serabi ini disajikan dengan rasa yang khas, menggabungkan rasa gurih dan manis dalam setiap gigitannya. Produk ini menjadi bukti bahwa kuliner Indonesia mampu beradaptasi dan menarik minat masyarakat internasional melalui inovasi tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisional yang terkandung di dalamnya.
4. Tempe dengan Kacang Almond
Tempe merupakan salah satu makanan yang sudah sangat dikenal di Indonesia, namun dengan sentuhan inovasi, tempe akan disajikan dengan bahan yang sedikit berbeda dalam pameran ini. Pandu Rahadian menyebutkan bahwa tempe yang akan dipamerkan di Documenta menggunakan bahan dasar kacang almond, sebuah alternatif yang bisa lebih mudah diterima oleh pengunjung yang mungkin tidak terbiasa dengan kedelai sebagai bahan utama tempe.
Penyajian tempe yang berbahan dasar kacang almond ini bukan hanya untuk menyesuaikan dengan bahan baku lokal di Eropa, tetapi juga untuk memperkenalkan kepada dunia bahwa tempe bisa berinovasi dan tetap menjaga nilai gizinya. Pameran ini menjadi wadah yang baik untuk bertukar pengetahuan antar pelaku kuliner, di mana masyarakat internasional dapat mengenal lebih dalam tentang kuliner Indonesia, terutama tempe yang sudah sangat dikenal di kalangan vegetarian dan vegan.
Menjalin Diplomasi Melalui Makanan
Pameran Food Diplomacy Majalengka Week di Documenta ini bukan hanya sekadar acara untuk memperkenalkan kuliner, namun juga bertujuan untuk mempererat hubungan antarbudaya melalui makanan. Dalam pameran ini, pengunjung tidak hanya akan disuguhkan dengan kuliner yang lezat, tetapi juga akan merasakan filosofi yang terkandung dalam setiap hidangan. Dari nasi liwet yang melambangkan kebersamaan, hingga kopi Majalengka yang menggambarkan kekayaan alam daerah tersebut, setiap sajian menceritakan cerita budaya yang mendalam.
Melalui keikutsertaan Majalengka dalam pameran Documenta di Jerman, dunia internasional akan semakin mengenal keanekaragaman kuliner Indonesia, khususnya dari Jawa Barat. Ini menjadi kesempatan besar bagi pelaku kuliner Indonesia untuk memperkenalkan makanan khas daerah mereka ke pasar global. Selain itu, acara ini juga memberikan peluang untuk menciptakan hubungan baru dalam dunia kuliner yang lebih luas dan saling menguntungkan antarbudaya.
Pameran Documenta di Kassel, Jerman, akan menjadi panggung yang tepat untuk memperkenalkan kuliner khas Majalengka ke dunia internasional. Keempat kuliner yang dipamerkan—kopi Majalengka, nasi liwet, roti dengan tempe, dan serabi—adalah contoh betapa kuliner Indonesia kaya akan rasa dan filosofi. Acara ini menjadi wadah untuk mengenalkan budaya kuliner Indonesia yang kaya akan tradisi dan inovasi kepada masyarakat dunia, sekaligus membuka peluang baru bagi pelaku kuliner Indonesia untuk berinteraksi dengan komunitas internasional. Dengan semangat Food Diplomacy, diharapkan kuliner Majalengka dapat semakin dikenal luas dan membawa kebanggaan bagi Indonesia di mata dunia.