Ngawi, sebuah kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi Jawa Timur, tidak hanya dikenal dengan situs sejarahnya seperti Benteng Van Den Bosch dan keindahan alam Gunung Lawu, tetapi juga menyimpan kekayaan kuliner tradisional yang luar biasa. Setiap hidangan khas di daerah ini menawarkan cita rasa otentik yang memadukan kekayaan budaya dan alam lokal. Bagi para pelancong yang merencanakan liburan Tahun Baru ke Ngawi, menyantap kuliner khas setempat adalah pengalaman yang wajib dilakukan. Artikel ini akan mengulas secara mendalam berbagai makanan khas Ngawi yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga mencerminkan warisan budaya masyarakat setempat.

Lethok Mbah Sumini: Sajian Legendaris dari Pasar Besar Ngawi
Lethok merupakan salah satu kuliner ikonik dari Ngawi yang memiliki kemiripan dengan sambal tumpang. Namun, yang membuat lethok berbeda adalah penggunaan tempe medem (tempe yang sedikit busuk), tempe segar, dan santan. Kombinasi ini menciptakan rasa yang khas, gurih, dan sedikit asam, sangat cocok disantap bersama nasi atau lontong.
Penjual lethok paling legendaris di Ngawi adalah Mbah Sumini yang berjualan di Pasar Besar Ngawi, tepatnya di Jalan Sultan Agung Nomor 11, Sidomulyo, Ketanggi. Beliau membuka lapaknya setiap pagi mulai pukul 06.00 WIB hingga dagangannya habis. Lethok buatan Mbah Sumini disajikan di atas daun pisang yang dipincuk, menambah kesan tradisional dan aroma yang menggoda.
Lethok tidak hanya sekadar makanan, tapi juga bagian dari budaya kuliner masyarakat Ngawi. Makanan ini biasa disajikan dalam acara keluarga atau hajatan. Selain rasanya yang unik, lethok juga dikenal ekonomis dan mengenyangkan, cocok untuk sarapan pagi sebelum berkeliling kota.
Tepo Tahu: Perpaduan Lembut dan Gurih yang Menggoda
Tepo tahu adalah sajian sederhana namun kaya rasa. Tepo, sejenis lontong yang dibungkus daun pisang, dipotong dan disajikan bersama tahu goreng dan tauge, lalu disiram kuah kacang yang gurih dan sedikit manis. Keistimewaan tepo tahu Ngawi terletak pada kuahnya yang memiliki perpaduan rasa pedas, asam, dan manis.
Tidak seperti kupat tahu atau lontong tahu dari daerah lain, tepo tahu Ngawi memiliki tekstur kuah yang lebih halus dan cita rasa yang lebih kompleks. Bahan utama kuah kacangnya menggunakan kacang tanah sangrai yang diulek bersama bawang putih, gula merah, cabai, dan sedikit asam jawa. Sebagai pelengkap, biasanya ditambahkan kerupuk atau rempeyek untuk memberikan sensasi renyah.
Tepo tahu banyak dijajakan di warung-warung kecil maupun gerobak kaki lima di sekitar kota Ngawi. Harganya yang terjangkau menjadikan makanan ini favorit di kalangan pelajar dan pekerja.
Ayam Panggang Ndeso: Aroma Rempah yang Merasuk
Ayam panggang ndeso adalah hidangan khas yang menggunakan ayam kampung berbumbu rempah khas Jawa. Ayam dimasak dengan cara dipanggang tradisional menggunakan bara api dari arang, sehingga menghasilkan aroma yang harum dan rasa yang meresap hingga ke dalam daging.
Biasanya ayam panggang ini disajikan bersama lalapan segar seperti timun, kemangi, dan kol mentah, serta sambal korek pedas yang terbuat dari cabai rawit, bawang putih, dan garam yang diulek kasar. Tempat yang populer menyajikan ayam panggang ndeso adalah Kedai Piring Kuning di Kecamatan Bringin, yang dikenal karena konsistensi rasa dan kualitas ayamnya.
Ayam panggang ndeso cocok dijadikan menu makan malam keluarga. Rasanya yang otentik dan pengolahan tradisional menjadikan makanan ini tidak hanya lezat tapi juga membawa nostalgia ke masa lalu, di mana memasak masih menggunakan tungku dan kayu bakar.
Pecel Ngawi: Segar, Pedas, dan Menggugah Selera
Pecel adalah salah satu makanan yang dikenal luas di Jawa Timur, dan versi khas Ngawi memiliki kekhasannya sendiri. Pecel Ngawi terdiri dari berbagai jenis sayuran rebus seperti bayam, kacang panjang, kecambah, dan daun kenikir yang disiram dengan bumbu kacang kental.
Yang membedakan pecel Ngawi dengan daerah lain adalah penggunaan daun jeruk purut dalam bumbu kacangnya, memberikan aroma segar yang khas. Selain itu, banyak penjual pecel di Ngawi yang menambahkan lauk seperti empal suwir, telur dadar iris, atau peyek kacang sebagai pelengkap.
Pecel biasanya disajikan di pagi hari sebagai menu sarapan. Banyak warung pecel tersebar di jalanan utama Ngawi hingga pedesaan. Salah satu tempat favorit adalah Warung Pecel Bu Siti yang buka sejak subuh dan selalu ramai pembeli.
Sate Gule Kambing: Kelezatan yang Tak Pernah Gagal
Bagi pecinta olahan daging kambing, Ngawi juga punya andalan berupa sate dan gule kambing. Daging kambing yang digunakan biasanya masih segar dan diolah dengan teknik khusus agar tidak berbau prengus.
Sate kambing disajikan dengan bumbu kecap manis, irisan cabai rawit, dan bawang merah mentah. Sementara gulenya memiliki kuah santan yang gurih dan kental, dengan cita rasa rempah-rempah yang kuat. Kombinasi sate dan gule ini biasa dijumpai di warung makan tradisional di sekitar Kecamatan Paron.
Sate gule kambing Ngawi cocok disantap saat malam hari, terutama ketika cuaca dingin. Rasanya yang hangat dan berempah membuat tubuh terasa segar kembali.
Cenil dan Getuk Lindri: Camilan Tradisional yang Manis
Cenil dan getuk lindri adalah jajanan pasar khas Ngawi yang masih lestari hingga kini. Cenil terbuat dari tepung tapioka yang dikukus, dibentuk kecil-kecil berwarna-warni, dan disajikan dengan kelapa parut serta taburan gula merah. Teksturnya kenyal dan manis.
Sementara getuk lindri terbuat dari singkong yang dihaluskan, diberi pewarna makanan alami, dan dibentuk memanjang seperti mie pipih. Getuk ini juga diberi kelapa parut dan gula pasir sebagai pelengkap.
Jajanan ini sangat cocok sebagai oleh-oleh karena tahan lama dan tidak mudah basi. Biasanya bisa ditemukan di pasar tradisional seperti Pasar Besar Ngawi atau Pasar Karangjati.
Keripik Tempe dan Rempeyek: Oleh-oleh Gurih nan Renyah
Ngawi juga terkenal dengan keripik tempe dan rempeyeknya. Keripik tempe Ngawi menggunakan tempe yang diiris sangat tipis dan digoreng hingga kering, menghasilkan tekstur yang renyah dan rasa gurih yang khas. Bumbu yang digunakan pun beragam, mulai dari rasa original, pedas, hingga varian rasa keju.
Rempeyek kacang dan kedelai juga banyak diproduksi oleh industri rumahan di Ngawi. Rasanya gurih dan cocok dijadikan camilan maupun teman makan pecel atau nasi hangat.
Keripik tempe dan rempeyek biasanya dijual dalam kemasan plastik dan mudah ditemukan di pusat oleh-oleh maupun toko kelontong lokal. Beberapa UMKM di Ngawi bahkan sudah mengekspor produknya ke luar kota dan luar negeri.
Wedang Cemue: Minuman Hangat untuk Menyambut Malam
Wedang cemue adalah minuman khas Ngawi yang cocok dinikmati saat malam hari atau musim hujan. Minuman ini terbuat dari campuran santan, jahe, gula merah, roti tawar, dan kacang goreng. Disajikan hangat, cemue memberikan rasa manis dan pedas yang menenangkan.
Biasanya, wedang cemue dijual di warung kaki lima atau di pasar malam. Harganya yang murah dan rasanya yang lezat membuat minuman ini digemari semua kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.
Cemue menjadi pilihan favorit warga lokal ketika berkumpul di malam hari, terutama di alun-alun Ngawi yang ramai saat akhir pekan dan musim liburan.
Menyantap Warisan Rasa di Tanah Ngawi
Liburan Tahun Baru ke Ngawi akan semakin lengkap dengan mencicipi kekayaan kuliner lokalnya. Dari sajian tradisional seperti lethok dan tepo tahu hingga camilan manis seperti cenil dan getuk lindri, semuanya menawarkan pengalaman rasa yang khas dan menggugah selera. Tidak hanya memanjakan lidah, kuliner-kuliner ini juga menjadi pintu masuk untuk memahami budaya dan tradisi masyarakat Ngawi.
Jadi, saat kamu menginjakkan kaki di Ngawi untuk liburan akhir tahun, jangan hanya fokus pada destinasi wisatanya saja. Sisihkan waktu untuk menjelajahi cita rasa khas Ngawi yang autentik dan penuh kehangatan. Sebab, setiap gigitan dari makanan khas ini menyimpan cerita tentang kearifan lokal dan semangat gotong royong yang masih lestari hingga kini.