Hubungi Kami

Kipo: Jajanan Tradisional Legendaris dari Kotagede Yogyakarta

Yogyakarta dikenal sebagai surganya kuliner khas yang beragam, mulai dari gudeg, bakpia, hingga makanan ekstrem seperti belalang goreng. Namun, di sudut selatan Kota Yogyakarta, tepatnya di Kotagede, terdapat jajanan tradisional legendaris yang patut dicoba, yaitu kipo. Makanan kecil berwarna hijau ini memiliki cita rasa unik yang mampu membuat siapa saja ketagihan.

@unimma_id

Sejarah dan Asal-usul Kipo

Kipo merupakan jajanan khas Kotagede yang telah ada sejak lama dan masih eksis hingga sekarang. Berdasarkan literatur serta cerita turun-temurun, kipo sudah diperjualbelikan di sekitar Pasar Kotagede sejak zaman dahulu. Salah satu pembuat kipo legendaris adalah keluarga Bu Djito, yang mulai membuat jajanan ini sejak tahun 1946. Kini, usaha tersebut diteruskan oleh Isti Rahayu, yang mulai memproduksi kipo secara rutin sejak tahun 1990.

Nama “kipo” sendiri berasal dari ungkapan dalam bahasa Jawa, “Iki opo?” yang berarti “Ini apa?”. Dari situlah, jajanan ini akhirnya dikenal dengan nama kipo dan terus menjadi bagian dari kekayaan kuliner Yogyakarta.

Keunikan dan Proses Pembuatan Kipo

Kipo memiliki bentuk lonjong, agak pipih, dengan tekstur lembut dan sedikit kenyal. Warna hijau khasnya berasal dari pewarna alami daun suji, yang juga memberikan aroma segar pada makanan ini. Kipo diisi dengan enten-enten, yaitu campuran kelapa parut dan gula jawa yang telah dicairkan, menciptakan perpaduan rasa manis dan gurih yang khas.

Proses pembuatannya cukup unik. Setelah adonan kulit kipo dibuat dari tepung ketan dan pewarna alami, isian enten-enten dimasukkan ke dalamnya, lalu dibentuk dengan ukuran yang pas untuk sekali suap. Setelah itu, kipo dipanggang di atas wajan dengan alas daun pisang. Teknik panggangan inilah yang memberikan aroma khas yang tidak bisa ditemukan pada kipo yang dijual di toko roti atau produksi massal.

Sensasi Rasa yang Autentik

Rasa kipo yang legit dan teksturnya yang lembut berpadu sempurna dengan aroma khas dari daun pisang yang digunakan saat memanggang. Maria Amelia, seorang warga Yogyakarta, mengungkapkan bahwa kipo dari Kotagede memiliki cita rasa yang berbeda dibandingkan dengan kipo yang dijual di toko roti. Menurutnya, sensasi panggangan yang autentik tetap terasa saat menyantap jajanan ini.

Selain itu, kipo merupakan makanan basah yang tidak tahan lama. Umumnya, kipo hanya bisa bertahan sekitar 24 jam setelah diproduksi, sehingga tidak cocok untuk dijadikan oleh-oleh yang dibawa ke luar kota dalam perjalanan panjang. Meski demikian, wisatawan tetap berburu jajanan ini karena keunikan rasanya.

Tempat dan Harga Kipo

Jika ingin mencicipi kipo yang autentik, kamu bisa datang langsung ke rumah produksi keluarga Bu Djito yang berlokasi di Jalan Mondorakan Nomor 27, Kotagede. Setiap harinya, mereka memproduksi ratusan bungkus kipo yang dijual dengan harga terjangkau, yaitu Rp 2.500 per bungkus berisi lima buah kipo. Saat hari biasa, mereka dapat menjual sekitar 400 bungkus, sedangkan pada hari libur, penjualan bisa meningkat hingga 700 bungkus per hari, tergantung pesanan.

Makanan Tradisional yang Harus Dilestarikan

Sebagai salah satu kuliner khas Yogyakarta, kipo menjadi bagian dari warisan budaya yang perlu dijaga. Keunikan rasa, sejarah panjang, serta cara pembuatannya yang masih tradisional menjadikan kipo sebagai camilan istimewa yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menghadirkan nostalgia akan cita rasa asli daerah.

Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta, sempatkan untuk mencoba kipo langsung di Kotagede. Jajanan ini sangat cocok dinikmati bersama teh hangat atau kopi, menambah kesempurnaan pengalaman kuliner khas Yogyakarta yang tak terlupakan.

unimma

Leave a Reply

  • https://ssg.streamingmurah.com:8048
  • Copyright ©2025 by PT. Radio Unimma. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048
  • Copyright ©2025 by unimmafm. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048/stream
  • Copyright ©2025 by unimmafm All Rights Reserved