Kolak srikaya merupakan salah satu kuliner khas yang hanya muncul pada bulan Ramadhan di Sidoarjo, Jawa Timur. Meski namanya mengandung kata “srikaya,” hidangan ini sebenarnya tidak menggunakan buah srikaya sebagai bahan utama. Sebaliknya, kolak srikaya menggunakan berbagai bahan tradisional yang dimasak dengan cara yang unik, menghasilkan cita rasa manis dan lezat yang sangat khas. Kolak srikaya telah menjadi bagian penting dari tradisi kuliner Sidoarjo, terutama pada bulan Ramadhan. Meskipun keberadaannya semakin langka dan jumlah penjualnya terus berkurang, kolak srikaya tetap bertahan dan menjadi favorit banyak orang, terutama bagi mereka yang merindukan cita rasa makanan tradisional yang menghangatkan.

Sejarah Kolak Srikaya: Warisan Kuliner Kauman Sidoarjo
Kolak srikaya bukan hanya sekadar hidangan manis untuk berbuka puasa, tetapi juga bagian dari identitas kuliner yang melekat pada masyarakat Kauman, Sidoarjo. Jika dilihat dari sejarahnya, kolak srikaya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Ramadhan masyarakat Kauman. Hidangan ini dikenal dengan cara pembuatannya yang khas dan cita rasa yang berbeda dari kolak pada umumnya.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, kolak srikaya pertama kali dibuat oleh para pedagang kaki lima di Kauman, Sidoarjo, yang menjualnya khusus saat bulan Ramadhan. Kolak ini disukai karena rasa manisnya yang khas dan bahan-bahan tradisional yang digunakan. Seiring berjalannya waktu, kolak srikaya mulai dikenal luas di Sidoarjo, tidak hanya di kawasan Kauman saja. Meskipun demikian, kolak srikaya tetap terikat erat dengan daerah asalnya. Hingga saat ini, hanya di Kauman-lah kolak srikaya yang bisa ditemukan dalam jumlah cukup banyak.
Bahan utama dalam pembuatan kolak srikaya sangat berbeda dengan kolak pada umumnya. Kolak biasa biasanya menggunakan pisang, kolang-kaling, atau ketan sebagai bahan utama, namun kolak srikaya justru menggunakan pisang raja, roti tawar, kolang-kaling, telur, santan kental, daun pandan, dan vanili cair. Semua bahan ini dipadukan dengan gula dan dikukus dalam waktu tertentu hingga menghasilkan rasa yang manis, gurih, dan legit. Keunikan bahan-bahan ini menjadikan kolak srikaya memiliki tekstur yang lebih lembut, dan cita rasanya yang kaya memberikan sensasi berbeda saat menikmatinya.
Proses Pembuatan Kolak Srikaya yang Khas
Salah satu hal yang membedakan kolak srikaya dari kolak pada umumnya adalah cara pembuatannya yang lebih rumit dan memakan waktu. Bahan-bahan seperti pisang raja, roti tawar, kolang-kaling, telur, dan gula dicampur dengan santan kental dan daun pandan untuk memberi aroma harum. Semua bahan ini kemudian dikukus dalam waktu sekitar 20 hingga 25 menit. Proses pengukusan ini bertujuan untuk menjaga rasa dan tekstur bahan-bahan tersebut agar tetap optimal.
Santan kental yang digunakan dalam kolak srikaya memberikan rasa gurih yang menyatu dengan manisnya gula, sementara kolang-kaling dan pisang raja memberi kelembutan dan kenikmatan tersendiri. Roti tawar yang dimasukkan ke dalam campuran bahan juga memberikan tekstur yang lebih padat dan sedikit kenyal, menciptakan pengalaman rasa yang lebih kompleks dan memuaskan. Ditambah lagi, penggunaan vanili cair dan daun pandan memberikan aroma yang harum dan menggoda, membuat kolak srikaya menjadi semakin istimewa.
Keunikan proses pembuatan kolak srikaya ini yang mengandalkan cara kukus membuatnya berbeda dengan kolak pada umumnya yang biasanya dimasak dengan air rebusan. Dengan cara ini, semua bahan terjaga kualitasnya, dan rasa yang dihasilkan pun lebih kaya. Hal ini menjadi salah satu daya tarik utama kolak srikaya, sehingga banyak orang memilihnya sebagai hidangan berbuka puasa yang khas dan nikmat.
Kolak Srikaya: Hidangan Favorit yang Terus Dicari
Kolak srikaya memang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Sidoarjo, khususnya pada bulan Ramadhan. Meski keberadaannya semakin langka dan jumlah penjualnya terus berkurang, hidangan ini tetap menjadi favorit bagi banyak orang yang ingin merasakan cita rasa tradisional yang berbeda. Kolak srikaya terkenal dengan rasa manis yang pas dan tekstur yang lembut, menjadikannya pilihan sempurna untuk berbuka puasa.
Ifa Mutia, salah seorang pembuat kolak srikaya yang sudah berjualan selama 15 tahun, mengungkapkan bahwa permintaan terhadap kolak srikaya sangat tinggi, terutama saat bulan Ramadhan. Setiap hari, Ifa dapat menghabiskan sekitar 200 mangkok kolak srikaya, dan pada akhir pekan, permintaan dapat mencapai 300 mangkok. Masyarakat Sidoarjo, baik yang berasal dari Kauman maupun daerah sekitar, memang sudah terbiasa menjadikan kolak srikaya sebagai hidangan berbuka puasa mereka. Selain rasanya yang manis dan gurih, kolak srikaya juga memberikan kenikmatan tersendiri saat dimakan dalam keadaan hangat.
Namun, meski kolak srikaya sangat diminati, jumlah penjualnya semakin berkurang. Seiring berjalannya waktu, beberapa pedagang mulai menghentikan usaha mereka, sementara yang lainnya berpindah ke bisnis kuliner lain yang lebih menguntungkan. Ini menjadi tantangan bagi pelaku usaha kuliner seperti Ifa untuk tetap mempertahankan kolak srikaya. Meskipun begitu, Ifa bertekad untuk terus mempertahankan tradisi kuliner ini agar tidak punah. “Kami tetap berusaha mempertahankan kuliner khas Sidoarjo ini agar tidak punah,” ujarnya.
Kolak Srikaya: Tradisi yang Melekat dalam Keluarga
Kolak srikaya bukan hanya sekadar hidangan untuk berbuka puasa, tetapi juga bagian dari tradisi yang melekat dalam kehidupan masyarakat Sidoarjo. Banyak keluarga yang memiliki kebiasaan untuk menikmati kolak srikaya setiap kali bulan Ramadhan tiba. Bagi mereka, menikmati kolak srikaya adalah cara untuk menyambut buka puasa dengan hidangan manis yang dapat mengembalikan tenaga setelah seharian berpuasa.
Salah seorang pelanggan setia kolak srikaya, Dinda (19), mengatakan bahwa kolak srikaya selalu menjadi hidangan wajib bagi keluarganya saat berbuka puasa. “Selain enak dan manis, harganya juga terjangkau. Kalau dimakan selagi hangat, rasanya seperti mengembalikan tenaga setelah seharian berpuasa,” ujarnya. Dinda menambahkan bahwa setiap tahun keluarganya selalu mencari penjual kolak srikaya yang sudah dikenal di Kauman.
Pelanggan lainnya, Nursanti (26), juga merasa bahwa kolak srikaya memiliki rasa yang unik dibandingkan dengan kolak lainnya. “Kolak srikaya di Kauman ini beda. Rasanya manis dan legit, cocok untuk berbuka puasa,” katanya. Menurut Nursanti, cita rasa kolak srikaya yang khas dan lezat memang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Itulah sebabnya, meskipun jumlah penjualnya semakin sedikit, kolak srikaya tetap menjadi pilihan utama bagi banyak orang.
Kolak Srikaya dalam Era Modern: Tantangan dan Peluang
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, kuliner tradisional seperti kolak srikaya menghadapi tantangan tersendiri. Masyarakat kini lebih mudah mengakses berbagai jenis makanan, baik melalui kedai-kedai modern maupun layanan pemesanan makanan secara online. Di tengah modernitas ini, kuliner tradisional seperti kolak srikaya sering kali terpinggirkan karena kesulitan dalam memproduksi dan menjualnya dalam skala besar.
Namun, tantangan ini juga membuka peluang bagi mereka yang bertekad untuk melestarikan kuliner tradisional. Banyak pelaku usaha kuliner yang mulai mengenalkan makanan khas daerah melalui media sosial dan aplikasi pemesanan makanan. Kolak srikaya, dengan cita rasanya yang khas dan cara pembuatan yang unik, memiliki potensi besar untuk dipromosikan kepada generasi muda yang mungkin belum pernah mencobanya.
Selain itu, keberadaan kolak srikaya yang hanya muncul pada bulan Ramadhan memberikan nilai lebih bagi hidangan ini. Rasa eksklusif yang hanya dapat dinikmati dalam waktu tertentu menjadikannya lebih bernilai di mata konsumen. Kolak srikaya bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang tradisi, nostalgia, dan kehangatan keluarga. Hal ini menjadikan kolak srikaya memiliki daya tarik yang tak lekang oleh waktu.
Menjaga dan Melestarikan Kolak Srikaya untuk Generasi Mendatang
Di tengah tantangan yang ada, penting bagi masyarakat dan generasi muda Sidoarjo untuk menjaga dan melestarikan kolak srikaya. Jika tidak dilestarikan, kuliner khas ini berpotensi hilang seiring berjalannya waktu. Namun, dengan semangat yang ditunjukkan oleh pembuat kolak srikaya seperti Ifa Mutia, ada harapan besar untuk mempertahankan kuliner ini.
Kolak srikaya bukan hanya makanan, tetapi bagian dari warisan budaya yang memiliki nilai sejarah dan sosial yang tinggi. Melestarikan kolak srikaya berarti melestarikan tradisi yang telah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat Sidoarjo, khususnya di Kauman. Kolak srikaya adalah simbol bahwa meskipun dunia kuliner terus berkembang, ada beberapa hal yang tetap harus dijaga dan dirayakan.
Kolak srikaya adalah salah satu kuliner khas Sidoarjo yang tetap bertahan meskipun jumlah penjualnya semakin berkurang. Dengan rasa manis yang khas, cara pembuatan yang rumit, dan cita rasa yang kaya, kolak srikaya tetap menjadi pilihan utama masyarakat Kauman, Sidoarjo, untuk berbuka puasa. Sebagai kuliner tradisional, kolak srikaya tidak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga membawa kenangan dan tradisi yang tak ternilai harganya.
Semangat para pembuat kolak srikaya untuk terus melestarikan kuliner ini menjadi bukti bahwa tradisi yang baik dapat tetap bertahan meskipun zaman terus berkembang. Kolak srikaya tetap menjadi simbol kekayaan kuliner Sidoarjo yang harus dijaga dan dinikmati oleh generasi mendatang