Pandemi Covid-19 telah mengubah sistem pendidikan di Indonesia secara drastis, dengan pembelajaran daring menjadi solusi utama untuk menjaga keberlangsungan proses belajar mengajar. Namun, di tengah implementasinya, masih ditemukan berbagai kendala yang menghambat efektivitas pembelajaran jarak jauh. Salah satu tantangan terbesar adalah ketimpangan akses teknologi yang nyata di berbagai daerah.
Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian, menilai bahwa kesenjangan akses terhadap teknologi masih menjadi masalah utama dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Faktor infrastruktur, ketersediaan perangkat, serta literasi digital yang belum merata turut memperparah ketimpangan ini.
Faktor Penyebab Ketimpangan Akses Teknologi
Menurut Hetifah, ketimpangan ini disebabkan oleh beberapa faktor utama:
- Infrastruktur Teknologi yang Belum Merata
Akses internet yang stabil dan ketersediaan listrik masih menjadi tantangan di banyak daerah, terutama di wilayah terpencil, terdepan, dan tertinggal (3T). Tanpa infrastruktur yang memadai, siswa dan guru di daerah tersebut kesulitan untuk mengikuti pembelajaran daring secara optimal. - Keterbatasan Perangkat Elektronik
Banyak keluarga, terutama dari golongan ekonomi menengah ke bawah, tidak memiliki perangkat yang mendukung pembelajaran daring, seperti laptop, tablet, atau bahkan smartphone. Selain itu, keterbatasan jumlah perangkat dalam satu rumah tangga juga menjadi kendala, terutama bagi keluarga dengan lebih dari satu anak yang harus mengikuti kelas daring secara bersamaan. - Ketimpangan Literasi Digital
Pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan teknologi juga masih beragam. Banyak guru dan siswa yang belum terbiasa dengan platform pembelajaran daring, sehingga mengalami kesulitan dalam mengakses materi ajar secara efektif.
Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Ketimpangan
Pemerintah telah berupaya mengatasi ketimpangan ini melalui berbagai inisiatif. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain:
- Subsidi Kuota Internet
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan bantuan subsidi kuota internet bagi siswa dan tenaga pendidik guna mempermudah akses pembelajaran daring. - Pemanfaatan Media Alternatif
Sebagai solusi bagi siswa yang tidak memiliki akses internet, materi pembelajaran juga disiarkan melalui media televisi (TVRI) dan radio (RRI). Langkah ini diharapkan dapat menjangkau lebih banyak siswa, terutama di daerah yang sulit mengakses jaringan internet. - Percepatan Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi
DPR melalui Komisi X terus mendorong Kemendikbud bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk mempercepat pembangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah-daerah yang belum terjangkau internet.
Tantangan yang Masih Harus Dihadapi
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tantangan masih tetap ada. Salah satu pekerjaan rumah terbesar pemerintah adalah memastikan akses internet dan listrik merata di seluruh Indonesia. Selain itu, peningkatan literasi digital bagi tenaga pendidik dan siswa juga harus menjadi prioritas agar pembelajaran daring bisa lebih efektif dan tidak meninggalkan siswa yang kurang mampu.
Hetifah menekankan bahwa kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. “Kami akan terus mendorong upaya percepatan infrastruktur dan mencari solusi terbaik agar semua siswa di Indonesia bisa mendapatkan akses pendidikan yang setara,” tuturnya.
Dengan terus berkembangnya teknologi, diharapkan ketimpangan ini dapat segera diatasi sehingga tidak ada lagi siswa yang tertinggal dalam mendapatkan hak pendidikan mereka. Pembelajaran daring harus menjadi solusi yang inklusif dan mampu menjangkau seluruh anak bangsa, tanpa terkecuali.