Kota Palembang, yang terletak di Sumatra Selatan, dikenal dengan beragam kuliner lezat yang kaya akan cita rasa dan nilai sejarah. Salah satu kuliner khas Palembang yang memiliki keunikan tersendiri adalah Kue Delapan Jam. Kue ini bukan hanya menggoda selera dengan rasa manis dan gurih, tetapi juga memiliki filosofi dan makna mendalam yang berkaitan dengan tradisi dan kebudayaan setempat. Kue Delapan Jam memiliki sejarah panjang, cara pembuatan yang unik, serta makna simbolis yang menjadikannya istimewa.

Apa Itu Kue Delapan Jam?
Kue Delapan Jam adalah sejenis kue tradisional khas Palembang yang terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti ketan, kelapa parut, gula merah, dan santan. Meskipun bahan-bahannya terbilang mudah ditemukan, cara pembuatan dan waktu yang dibutuhkan untuk membuat kue ini menjadi istimewa. Dinamai “Delapan Jam” karena proses memasaknya yang memakan waktu sekitar delapan jam, kue ini dimasak secara perlahan dengan teknik kukus yang membuat rasa dan teksturnya menjadi lebih kaya dan gurih.
Kue ini memiliki tekstur yang kenyal dan padat, dengan rasa manis dari gula merah yang dipadukan dengan gurihnya santan dan ketan. Proses memasak yang lama memungkinkan bahan-bahan tersebut menyatu dengan sempurna, memberikan cita rasa yang khas dan lezat. Selain itu, Kue Delapan Jam sering disajikan dalam bentuk bulat atau kotak kecil, dan biasanya dibungkus dengan daun pisang yang memberikan aroma harum khas.
Sejarah dan Asal Usul Kue Delapan Jam
Kue Delapan Jam sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, dan berasal dari tradisi kuliner masyarakat Palembang. Kue ini awalnya dibuat untuk acara-acara adat dan perayaan besar, seperti pernikahan, khitanan, dan upacara adat lainnya. Kue Delapan Jam tidak hanya menjadi hidangan penutup, tetapi juga memiliki makna simbolis yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Palembang.
Nama “Delapan Jam” sendiri merujuk pada waktu yang dibutuhkan untuk memasak kue ini dengan cara dikukus secara perlahan. Proses memasak yang membutuhkan waktu panjang ini dimaksudkan untuk menghasilkan kue dengan rasa yang lebih dalam dan kaya. Hal ini juga mencerminkan filosofi masyarakat Palembang yang menghargai ketekunan, kesabaran, dan ketelitian dalam setiap langkah yang diambil.
Bahan-bahan Utama Kue Delapan Jam
Meskipun proses pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Kue Delapan Jam cukup sederhana. Berikut adalah beberapa bahan utama yang digunakan:
- Ketan
Ketan merupakan bahan utama dalam pembuatan Kue Delapan Jam. Ketan yang digunakan biasanya jenis ketan hitam atau ketan putih yang telah direndam terlebih dahulu, sehingga teksturnya menjadi lembut dan kenyal setelah dikukus. - Kelapa Parut
Kelapa parut yang digunakan memberikan rasa gurih pada kue ini. Kelapa parut biasanya dicampur dengan sedikit garam agar rasanya lebih nikmat dan seimbang. - Gula Merah
Gula merah atau gula aren memberikan rasa manis alami yang menjadi ciri khas Kue Delapan Jam. Gula merah ini dilelehkan dan dicampurkan dengan bahan lainnya untuk memberikan rasa yang lebih dalam. - Santan
Santan digunakan untuk memberikan kelembutan dan kekayaan rasa pada kue ini. Santan juga memberikan aroma yang khas dan gurih, yang menyatu dengan ketan dan gula merah. - Daun Pisang
Daun pisang digunakan untuk membungkus kue, memberikan aroma harum yang khas saat dikukus. Daun pisang juga membantu menjaga kelembutan dan kelembaban kue selama proses pengukusan.
Proses Pembuatan Kue Delapan Jam
Proses pembuatan Kue Delapan Jam memang memakan waktu yang cukup lama, tetapi itulah yang membuat kue ini begitu istimewa. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam pembuatan Kue Delapan Jam:
- Persiapan Bahan
Pertama-tama, ketan yang sudah direndam dicuci bersih dan dicampurkan dengan kelapa parut yang sudah diperas. Gula merah dilelehkan dan dicampurkan dengan santan, kemudian adonan ini digabungkan dengan ketan dan kelapa untuk menghasilkan adonan yang lengket dan kaya rasa. - Pembungkus Kue
Setelah adonan siap, langkah selanjutnya adalah membungkusnya dengan daun pisang. Daun pisang yang sudah dicuci bersih dilap hingga kering, lalu digunakan untuk membungkus adonan ketan yang sudah dicampur gula merah dan santan. Pembungkusan ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga bentuk kue, tetapi juga memberikan aroma harum yang khas. - Pengukusan
Setelah kue dibungkus dengan rapi, kue tersebut kemudian dikukus dalam waktu yang cukup lama, sekitar delapan jam. Proses pengukusan ini dilakukan dengan api kecil agar kue matang merata dan menghasilkan tekstur yang kenyal dan padat. - Penyajian
Setelah proses pengukusan selesai, Kue Delapan Jam siap disajikan. Biasanya, kue ini dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan, dan bisa dinikmati sebagai hidangan penutup dalam berbagai acara adat atau perayaan.
Filosofi dalam Kue Delapan Jam
Kue Delapan Jam bukan sekadar kuliner dengan rasa yang nikmat, tetapi juga membawa filosofi yang dalam. Beberapa nilai yang terkandung dalam pembuatan dan penyajian Kue Delapan Jam adalah:
- Kesabaran dan Ketekunan
Proses pembuatan Kue Delapan Jam yang memakan waktu delapan jam mengajarkan nilai kesabaran dan ketekunan. Dalam kehidupan, kita sering kali harus menunggu dan berusaha dengan tekun untuk meraih hasil yang maksimal, dan hal ini tercermin dalam cara pembuatan kue ini. - Keterikatan dengan Tradisi
Kue Delapan Jam menjadi simbol keterikatan masyarakat Palembang dengan tradisi dan kebudayaan mereka. Kue ini sering kali hadir dalam berbagai acara adat yang menggambarkan rasa syukur dan penghargaan terhadap Tuhan, serta menghubungkan masyarakat dengan leluhur mereka. - Keberagaman Rasa
Kombinasi antara rasa manis dari gula merah, gurih dari santan, dan kenyalnya ketan menggambarkan bagaimana keberagaman bisa menyatu dengan harmonis. Ini adalah refleksi dari kehidupan masyarakat Palembang yang sangat menghargai kebersamaan, meskipun berbeda-beda latar belakang.
Kue Delapan Jam dalam Kehidupan Modern
Meskipun Kue Delapan Jam merupakan kuliner tradisional yang kaya akan nilai budaya, kue ini masih tetap eksis hingga saat ini, terutama dalam perayaan besar seperti pernikahan, khitanan, dan acara adat lainnya. Bahkan, beberapa toko kue dan penjual kuliner di Palembang juga menawarkan Kue Delapan Jam sebagai oleh-oleh khas kota ini.
Selain itu, generasi muda di Palembang juga mulai melestarikan tradisi ini dengan memasukkan variasi rasa atau presentasi yang lebih modern tanpa mengubah esensi dari kue ini. Kue Delapan Jam kini bisa ditemukan dalam berbagai bentuk dan ukuran, tetapi tetap menjaga cita rasa dan filosofi yang terkandung dalam pembuatan dan penyajiannya.
Kesimpulan
Kue Delapan Jam adalah lebih dari sekadar kuliner khas Palembang; ia adalah simbol dari rasa syukur, ketekunan, dan kebersamaan. Proses pembuatan yang panjang, dengan bahan-bahan sederhana namun kaya rasa, mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Palembang yang menghargai setiap detik waktu dan setiap usaha yang dilakukan dengan sepenuh hati. Bagi siapa pun yang mencicipinya, Kue Delapan Jam bukan hanya memberikan kenikmatan rasa, tetapi juga mengajak kita untuk merenung tentang nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam setiap suapan. Jadi, jika Anda berkunjung ke Palembang, pastikan untuk mencoba Kue Delapan Jam dan merasakan kelezatan yang tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyentuh hati.