Hubungi Kami

Mengenal Lebih Dekat Bahan Pangan Lokal Gunungkidul: Dari Beras hingga Tanaman Palawija

Gunungkidul, salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terkenal dengan pesona pantainya yang eksotis. Namun, di balik keindahan pantai dan bukit karstnya, Gunungkidul juga memiliki kekayaan bahan pangan lokal yang unik dan beragam. Masyarakat setempat telah lama memanfaatkan hasil bumi mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, terutama beras dan tanaman palawija.

@unimma_id

Keunikan Pertanian di Gunungkidul

Sebagian besar masyarakat Gunungkidul berprofesi sebagai petani. Namun, kondisi geografis dan iklim yang ekstrem, dengan musim hujan dan kemarau yang panjang, membuat mereka harus beradaptasi dalam bertani. Mereka tidak hanya menanam padi, tetapi juga berbagai tanaman palawija yang lebih tahan terhadap kondisi kering seperti jagung, singkong, dan kacang tanah.

Menurut Apriliyanti Dwi Rahayu, Program Leader Yayasan Javlec Indonesia, pertanian di Gunungkidul memiliki sistem yang unik.

“Saat musim hujan, masyarakat menanam padi gogo. Kemudian pada musim kedua, mereka menanam padi lagi, tetapi diselingi dengan jagung, singkong, kacang, dan rumput kolonjono. Saat kemarau tiba, tanaman palawija pun mulai dipanen,” jelasnya.

Rumput kolonjono, yang juga dikenal sebagai rumput kerbau, sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Keberagaman jenis tanaman ini menunjukkan betapa adaptifnya masyarakat Gunungkidul dalam menghadapi tantangan alam.

Singkong sebagai Sumber Pangan Pokok

Selain beras, masyarakat Gunungkidul juga mengandalkan singkong sebagai sumber karbohidrat utama. Singkong sering diolah menjadi tiwul dan gaplek. Tiwul merupakan makanan khas yang terbuat dari singkong yang dikeringkan, lalu ditumbuk menjadi tepung dan dimasak hingga menjadi butiran lembut yang mirip nasi. Tiwul biasanya disajikan dengan kelapa parut dan gula merah, menciptakan cita rasa manis dan gurih yang khas.

Menurut April, sejauh ini olahan pangan lokal masih lebih banyak dikonsumsi untuk kebutuhan pribadi. Meski ada beberapa produk yang mulai dipasarkan, seperti keripik singkong, produksi dalam skala besar masih terbatas.

“Olahan singkong yang dijual baru sebatas keripik, tetapi belum banyak,” katanya.

Tiwul mentah juga kerap dijual di pasar-pasar tradisional, tetapi hanya dalam jumlah kecil sebagai sisa konsumsi rumah tangga.

Beragam Olahan Pangan Lokal Gunungkidul

Masyarakat Gunungkidul mengolah bahan pangan lokal menjadi berbagai hidangan tradisional, baik gurih maupun manis. Beberapa di antaranya adalah:

  • Nagasari: Kue berbahan dasar tepung beras, santan, dan pisang, yang dibungkus daun pisang dan dikukus.
  • Cemplon dan Lemet: Kue berbahan dasar singkong dengan tambahan gula merah, memberikan rasa manis legit.
  • Entho: Olahan dari singkong dengan cita rasa gurih, sering kali dicampur dengan kelapa parut dan kacang tolo.
  • Getuk Talas: Terbuat dari talas yang ditumbuk halus dan dicampur dengan gula serta kelapa parut.
  • Timus Ubi: Jajanan tradisional berbahan ubi jalar yang ditumbuk, dicampur gula, dan digoreng hingga kecoklatan.
  • Lepet Ketan dan Jadah: Olahan dari beras ketan yang dikukus dengan kelapa dan garam.
  • Susur Wewe: Makanan unik berbahan parutan kelapa muda yang memiliki cita rasa gurih dan lembut.

Selain itu, masyarakat juga menikmati makanan sederhana seperti singkong rebus, pisang rebus, dan kacang tanah sangrai sebagai camilan sehari-hari.

Potensi Ekowisata dan Pelestarian Pangan Lokal

Dengan kekayaan pangan lokalnya, wilayah Gunungkidul memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi ekowisata berbasis pertanian. Namun, masih diperlukan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat setempat mengenai cara menyambut wisatawan serta memasarkan produk olahan pangan mereka agar lebih dikenal luas.

April menambahkan bahwa upaya menjadikan daerah ini sebagai destinasi ekowisata sedang dalam proses, tetapi membutuhkan dukungan dan kesiapan masyarakat.

“Sekarang sedang proses ke sana, tetapi masih butuh pembekalan kepada masyarakat, misalnya bagaimana cara menyambut tamu,” ujarnya.

Jika pengolahan pangan lokal di Gunungkidul dapat dikembangkan lebih lanjut, bukan tidak mungkin produk-produk khasnya seperti tiwul, entho, dan getuk talas bisa menjadi oleh-oleh khas yang menarik bagi wisatawan.

Bahan pangan lokal di Gunungkidul, dari beras hingga tanaman palawija, mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam. Masyarakatnya yang adaptif telah menciptakan beragam olahan tradisional yang kaya akan cita rasa dan nilai budaya. Dengan potensi besar dalam ekowisata dan industri pangan, harapan ke depan adalah agar produk-produk ini bisa lebih dikenal dan dinikmati oleh masyarakat luas, baik sebagai makanan sehari-hari maupun sebagai oleh-oleh khas dari Gunungkidul.

 

unimma

Leave a Reply

  • https://ssg.streamingmurah.com:8048
  • Copyright ©2025 by PT. Radio Unimma. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048
  • Copyright ©2025 by unimmafm. All Rights Reserved
  • http://45.64.97.82:8048/stream
  • Copyright ©2025 by unimmafm All Rights Reserved