Magelang, Unimma FM — Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui percikan dahak atau air liur saat penderita TB batuk atau bersin. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui lebih dalam tentang TB, termasuk tes diagnostik yang diperlukan untuk mendeteksi penyakit ini.

Dalam dialog interaktif yang diselenggarakan oleh Unimma FM kerjasama dengan Balkesmas Wilayah Magelang, Dr. Rahmawati, spesialis radiologi, dan Ibu Eni Widayati, analis kesehatan, membahas berbagai aspek mengenai TB dan pentingnya melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit ini. Dr. Rahmawati menjelaskan bahwa kuman TB biasanya bersembunyi di paru-paru, dan seseorang dapat terinfeksi tanpa langsung menunjukkan gejala.
“TB ini termasuk kuman yang pintar. Ia bisa tertidur dalam waktu lama, sehingga gejala batuk yang muncul dapat berlangsung lebih dari dua minggu,” kata Dr. Rahmawati. Gejala ini juga dapat disertai dengan batuk berdarah, menandakan adanya kerusakan pada jaringan paru-paru.
Ibu Eni menambahkan, “Jika seseorang mengalami batuk lebih dari dua minggu, penting untuk segera mencari pelayanan kesehatan. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah batuk tersebut disebabkan oleh TB atau kondisi lain.”
Dr. Rahmawati juga menjelaskan bahwa TB menular melalui udara. “Kuman TB dapat melayang di udara melalui percikan dahak, sehingga sangat penting untuk menjaga ventilasi yang baik di dalam rumah. Lingkungan yang lembab dan kurang ventilasi dapat meningkatkan risiko penularan,” ujarnya.
Kasus TB di Indonesia masih cukup tinggi, sehingga kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini sangatlah penting. “Jangan tunggu sampai gejala semakin parah. Jika Anda atau anggota keluarga mengalami batuk berkepanjangan, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat,” imbuh Ibu Eni.
Dalam pemeriksaan lebih lanjut, terdapat beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis TB. “Tes dahak adalah salah satu metode utama untuk menemukan kuman TB. Selain itu, pemeriksaan rontgen dada juga diperlukan untuk mengevaluasi kerusakan pada jaringan paru-paru akibat infeksi,” ungkap Dr. Rahmawati.
Untuk masyarakat di Magelang, mereka dapat mengunjungi puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan yang diperlukan. “Segera periksakan diri jika ada gejala, agar kita bisa bersama-sama memerangi penyakit TB,” tutup Ibu Eni.
Akhir Sesion dialog menjawab beberapa pertanyaan dari kerabat unimma yang telah bergabung via whatsapp, termasuk Dinie dari Jeruk Agung, Muntilan. Dini mengajukan pertanyaan tentang risiko terkena TB bagi orang yang terpapar asap rokok atau vape. Dokter menjelaskan bahwa merokok dapat menyebabkan reaksi inflamasi di paru-paru, meningkatkan risiko terpapar TB, terutama jika daya tahan tubuh menurun.
Selanjutnya, Arum dari Secang menanyakan tentang makanan dan olahraga yang dianjurkan untuk mempercepat masa penyembuhan TB. Dokter menyarankan konsumsi makanan tinggi protein untuk membantu regenerasi sel-sel paru yang rusak, serta olahraga ringan yang sesuai dengan stamina pasien.
Mbak Kinanti dari Mertoyudan juga bertanya tentang penyakit flek paru-paru dan risiko penularannya. Dokter menjelaskan bahwa flek paru bisa disebabkan oleh berbagai faktor, dan penting untuk memastikan apakah itu akibat TB. Pasien dengan TB aktif dapat menular, sedangkan yang sudah sembuh tidak lagi menularkan penyakit.
Dini kembali bertanya apakah orang sehat perlu melakukan tes diagnostik TB dan mengenai cakupan BPJS untuk screening. Dokter menjelaskan bahwa screening dapat dilakukan, meskipun ada beberapa jenis belum sepenuhnya tercover oleh BPJS.
Acara ditutup dengan pernyataan penutup dari narasumber, mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan dan pola makan yang bergizi. Terima kasih kepada Dr. Rahmawati dan Ibu Widayati yang telah berbagi informasi berharga pada acara ini. Nantikan tema menarik lainnya di Unimma Talk Show hanya di Unimma FM, 87.6, hits favorit Mu!