Sate ayam adalah salah satu hidangan yang dapat dengan mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Namun, di tengah maraknya penggunaan ayam broiler sebagai bahan baku utama, ada satu warung sate di Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, yang tetap mempertahankan keaslian dengan menggunakan ayam kampung. Warung ini adalah Sate Ayam Kampung Mbah Noto Taman, satu-satunya di kawasan tersebut yang masih mempertahankan tradisi sejak tahun 1963.

Sejarah Panjang Sate Ayam Kampung Mbah Noto
Warung sate ini berdiri sejak tahun 1963, berawal dari sebuah lapak sederhana di bekas terminal Kabupaten Gunungkidul, yang kini telah berubah menjadi taman parkir di sekitar Pasar Argosari, Wonosari. Pemiliknya, Noto Taman, yang kini telah berusia lebih dari 70 tahun, tetap setia menyajikan sate ayam kampung dengan cita rasa autentik.
“Sejak awal buka, saya hanya menggunakan ayam kampung. Dulu, ayam broiler belum ada, jadi saya terbiasa memakai ayam kampung, dan akhirnya kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang,” kata Mbah Noto saat ditemui di kiosnya.
Keunikan Sate Ayam Kampung Mbah Noto
Sate yang disajikan di warung Mbah Noto ini memiliki cita rasa yang berbeda dibandingkan dengan sate ayam pada umumnya. Salah satu perbedaannya terletak pada daging ayam yang digunakan. Warung ini hanya menggunakan ayam kampung jantan yang terkenal memiliki tekstur daging lebih kenyal dan rasa yang lebih gurih.
“Kalau pakai ayam betina, dagingnya kurang banyak dan kurang empuk. Jadi, kami selalu memilih ayam jantan. Dalam sehari, bisa habis sekitar 5 ekor ayam, sedangkan saat libur bisa mencapai 10 ekor,” ujar Mbah Noto.
Daging ayam kampung yang lebih kenyal memberikan sensasi tersendiri saat disantap. Selain itu, bumbu sate yang digunakan lebih kaya rempah dan sedikit lebih manis dibandingkan sate ayam Madura atau sate lainnya yang umum ditemukan di berbagai daerah.
Harga Terjangkau untuk Kuliner Legendaris
Meskipun memiliki sejarah panjang dan keunikan tersendiri, sate ayam kampung di sini tetap dibanderol dengan harga yang sangat terjangkau. Satu tusuk sate dijual dengan harga Rp 1.750, sementara satu porsi sate ayam lengkap dengan nasi dan minuman hanya Rp 23.000.
Sate disajikan dengan irisan bawang merah, cabai, dan mentimun yang diletakkan dalam piring terpisah. Hal ini memungkinkan pelanggan untuk menyesuaikan tingkat kepedasan sesuai selera.
Suasana Warung yang Sederhana dan Nostalgik
Warung sate Mbah Noto berukuran sekitar 4×5 meter dan memiliki suasana khas warung tradisional. Para pelanggan akan menikmati sate di tengah kepulan asap dari proses pembakaran sate yang memberikan pengalaman tersendiri. Bagi banyak orang, hal ini justru menjadi daya tarik karena menghadirkan nostalgia dan keaslian suasana makan tempo dulu.
Salah satu pelanggan setia, Suharjono, warga Kecamatan Playen, Gunungkidul, mengaku lebih memilih sate di sini karena lebih sehat. “Ayam kampung lebih alami karena tidak banyak mendapat obat-obatan saat pembesarannya. Rasanya juga lebih gurih dan rempahnya terasa,” katanya.
Pelanggan lainnya, Maria Amelia dari Yogyakarta, juga sering datang ke warung ini saat berkunjung ke Gunungkidul. “Di Yogyakarta agak sulit menemukan sate ayam kampung. Jadi, kalau ke sini, saya selalu sempatkan mampir. Selain sate, tehnya juga unik, masih menggunakan gula batu seperti zaman dulu,” ujarnya.
Lokasi dan Jam Operasional
Warung Sate Ayam Kampung Mbah Noto berlokasi di Taman Parkir Kota Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, tepat di dekat Pasar Argosari. Warung ini buka setiap hari dari pukul 09.30 WIB hingga 17.00 WIB.
Kenikmatan Sate Ayam Kampung yang Tak Tergantikan
Bagi pecinta kuliner khas yang ingin mencicipi sate ayam dengan rasa autentik, Warung Sate Ayam Kampung Mbah Noto adalah tempat yang wajib dikunjungi. Tidak hanya karena rasanya yang khas dan lezat, tetapi juga karena nilai sejarah dan keasliannya yang telah bertahan selama lebih dari 60 tahun.
Jika Anda sedang berada di Gunungkidul dan ingin menikmati sajian khas yang berbeda dari biasanya, mampirlah ke warung ini dan rasakan sendiri kelezatan sate ayam kampung yang legendaris!