Kuliner Tradisional yang Mulai Dilupakan
Semarang, kota yang kaya akan ragam kuliner khasnya, memiliki satu sajian tradisional yang kini mulai langka, yaitu nasi glewo. Kuliner ini merupakan hidangan khas yang terdiri dari nasi putih yang disiram dengan kuah santan kental serta dilengkapi dengan koyor sapi atau urat sapi yang empuk dan gurih. Sayangnya, meskipun memiliki rasa yang lezat dan kaya akan sejarah, nasi glewo kini sulit ditemukan dan hampir punah dari peredaran.

Keberadaan nasi glewo yang semakin jarang dijumpai menjadi keprihatinan tersendiri bagi masyarakat Semarang. Meskipun pernah menjadi hidangan populer, kini hanya segelintir orang yang masih mengenal atau bahkan pernah mencicipinya. Banyak generasi muda yang belum pernah mendengar tentang kuliner ini, apalagi merasakan kenikmatannya.
Nasi Glewo dalam Peringatan HUT Kota Semarang
Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-476 Kota Semarang pada tanggal 2 Mei 2023, ribuan porsi nasi glewo disajikan untuk masyarakat di halaman Balai Kota Semarang. Acara ini menjadi kesempatan bagi warga untuk mengenal kembali kuliner legendaris ini dan menikmati cita rasanya yang autentik.
Banyak warga yang hadir dalam acara tersebut mengakui bahwa mereka sudah sangat jarang menjumpai nasi glewo. Bahkan, ada yang baru pertama kali mendengar tentang hidangan ini. Salah satunya adalah Fidyastina, seorang warga Semarang yang mengaku terkejut saat mengetahui bahwa ada makanan khas daerahnya yang belum pernah ia coba.”Kemarin waktu dikasih tahu di event ini ada nasi glewo, ternyata di Semarang ada makanan ini. Saya sampai bertanya ke teman-teman. Katanya ada yang bilang bentuknya seperti bubur suro, ternyata seperti ini. Baru pertama kali mencobanya,” ujar Fidyastina.
Sementara itu, warga lain seperti Mega mengungkapkan bahwa dirinya pernah melihat seorang penjual nasi glewo, tetapi kini sudah tidak menemukannya lagi.
“Saya pernah lihat ada yang jual nasi glewo, tapi cuma satu. Sekarang sudah susah mencarinya,” katanya.
Anggota Komunitas Kuliner Semarang, Firdaus, juga menegaskan bahwa nasi glewo kini memang sulit ditemukan. Meskipun begitu, di daerah Kauman, Semarang, masih ada beberapa warga sepuh yang mampu memasak dan menyajikan hidangan ini.
“Nasi glewo ini asli Semarang. Sayangnya, mungkin cara jualnya yang kurang menarik sehingga tidak populer. Kalau dijual seperti nasi gandul dengan topping yang bisa dipilih pelanggan, mungkin bisa lebih menarik,” jelas Firdaus.
Sejarah dan Cita Rasa Nasi Glewo
Nasi glewo merupakan warisan kuliner yang memiliki sejarah panjang di Semarang. Hidangan ini telah ada sejak zaman kolonial dan dikenal sebagai makanan yang sederhana tetapi penuh dengan cita rasa. Kata “glewo” sendiri mengacu pada tekstur koyor sapi yang lembut dan kenyal setelah dimasak dalam waktu lama.
Ciri khas utama nasi glewo adalah kuah santannya yang kaya rasa, berpadu dengan potongan koyor sapi yang dimasak hingga empuk. Kelezatan hidangan ini semakin lengkap dengan tambahan emping sebagai pelengkap. Kombinasi ini menciptakan sensasi gurih, sedikit manis, dan lezat di setiap suapan.
Jika dibandingkan dengan kuliner lain, nasi glewo memiliki kemiripan dengan nasi gandul dari Pati, baik dari segi kuah santan maupun penggunaan daging sapi sebagai lauk utama. Bedanya, nasi glewo lebih menonjolkan koyor atau urat sapi yang memberikan tekstur unik pada hidangan ini.
Keunikan dan Cara Penyajian Nasi Glewo
Dalam penyajiannya, nasi glewo bisa disajikan dalam dua bentuk, yaitu:
- Versi Nasi: Nasi putih disiram dengan kuah santan kental dan dilengkapi dengan potongan koyor sapi. Disajikan dengan emping sebagai pelengkap.
- Versi Bubur: Tekstur yang lebih cair, mirip bubur suro, dengan kuah santan yang lebih banyak dan cita rasa yang semakin meresap ke dalam bubur.
Banyak orang yang baru pertama kali mencicipi nasi glewo merasa terkejut dengan kelezatannya. Perpaduan antara kuah santan, koyor yang lembut, dan nasi putih hangat menciptakan sensasi yang menggugah selera.
Mengapa Nasi Glewo Mulai Punah?
Ada beberapa alasan mengapa nasi glewo semakin sulit ditemukan di Semarang:
- Minimnya Generasi Penerus Banyak penjual nasi glewo yang telah lanjut usia dan tidak memiliki penerus yang ingin meneruskan usaha ini. Akibatnya, semakin sedikit orang yang mengetahui cara memasak dan menyajikannya dengan benar.
- Kurangnya Promosi dan Inovasi Nasi glewo tidak mendapatkan promosi sebesar kuliner lain seperti lumpia atau soto Semarang. Selain itu, cara penyajiannya yang masih konvensional membuatnya kurang menarik bagi generasi muda.
- Bahan Baku yang Tidak Mudah Ditemukan Koyor sapi, bahan utama dalam nasi glewo, tidak selalu tersedia dengan mudah di pasar-pasar tradisional. Hal ini membuat banyak penjual kesulitan dalam menyediakan stok secara konsisten.
- Persaingan dengan Kuliner Modern Kehadiran berbagai makanan modern yang lebih praktis dan sesuai dengan gaya hidup masa kini membuat kuliner tradisional seperti nasi glewo semakin terpinggirkan.
Upaya Pelestarian Nasi Glewo
Meskipun menghadapi tantangan besar, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk melestarikan nasi glewo agar tetap dikenal oleh masyarakat luas, di antaranya:
- Mempromosikan Lewat Media Sosial
Generasi muda dapat berperan dalam mengenalkan kembali nasi glewo melalui media sosial, baik dengan membagikan pengalaman mencicipi hidangan ini maupun dengan membagikan resepnya. - Inovasi dalam Penyajian
Seperti saran dari Firdaus, nasi glewo bisa disajikan dengan konsep yang lebih menarik, seperti nasi gandul yang menawarkan topping pilihan untuk menarik lebih banyak pelanggan. - Mendorong Pelatihan Kuliner Tradisional
Pemerintah dan komunitas kuliner bisa menyelenggarakan pelatihan memasak nasi glewo bagi generasi muda agar lebih banyak orang yang bisa membuatnya sendiri di rumah. - Mengadakan Festival Kuliner
Acara seperti festival kuliner khas Semarang bisa menjadi wadah untuk mengenalkan kembali nasi glewo kepada masyarakat, sekaligus meningkatkan minat pengusaha kuliner untuk menjualnya.
Nasi glewo adalah kuliner khas Semarang yang memiliki cita rasa unik dan kaya akan sejarah. Sayangnya, eksistensinya semakin langka dan hampir punah karena berbagai faktor, mulai dari kurangnya penerus hingga minimnya promosi.
Untuk memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa menikmati nasi glewo, diperlukan upaya bersama untuk melestarikan kuliner ini. Baik melalui promosi, inovasi, maupun edukasi, kita semua bisa turut berkontribusi dalam menjaga warisan kuliner yang berharga ini.
Jadi, jika Anda berkesempatan untuk mencicipi nasi glewo, jangan ragu untuk menikmatinya dan membagikan pengalaman Anda. Mari bersama-sama menjaga agar kuliner tradisional Indonesia tetap hidup dan terus dikenal oleh dunia!