
Film-film saat ini banyak memanjakan mata penonton dengan efek-efek luar biasa nan memukau. Sebut saja film keluaran produksi Hollywood yang setiap hari selalu mengisi amunisi filmnya di bioskop-bioskop tanah air. Film Indonesia pun sebenarnya tidak kalah aktif dengan Hollywood dalam produksi film, lho. Banyak juga sineas Indonesia yang pandai melihat peluang tema yang menarik untuk ditonton. Selain cerita cinta, berikut adalah film-film berbobot yang sayang untuk kalian lewatkan!
1. Daun di Atas Bantal (1998). Film lawas yang syarat akan makna dan pembelajaran
Film garapan salah satu sineas legend Indonesia, Garin Nugroho ini merupakan film yang bercerita tentang kehidupan tiga orang anak jalanan: Kancil, Heru, dan Sugeng (tiga anak jalanan asli yang memerankan diri mereka sendiri). Berlokasi shooting di D.I. Yogyakarta dengan berbagai drama pada kehidupan sehari-harinya yang penuh warna. Mereka dibantu oleh Asih (Christine Hakim) seorang pedagang yang mengizinkan mereka untuk tinggal di tokonya.
Judul film ini memang manis layaknya perebutan bantal daun milik Asih oleh ketiga anak jalanan tersebut. Tapi tentunya tidak semanis dengan jalan cerita yang penuh dengan kehidupan tragis berbagai tokoh. Film yang pernah diputar dalam sesi Un Certain Regard pada Cannes Film Festival tahun 1998 ini mengajak penonton untuk mengikuti cerita yang mengalir bebas. Tidak ada konflik tokoh terpusat sehingga kita dapat merasakan berbagai kepelikan hidup anak jalanan yang berjuang di tanah Kraton tersebut.
2. Ingin tahu bagaimana menjadi anak muda yang memiliki semangat tinggi? Tonton saja film Gie (2005)
Gie merupakan film garapan sutradara Riri Riza. Bercerita tentang seorang mahasiswa Universias Indonesia yang aktif sebagai aktivis dan pecinta alam. Soe Hok Gie, anak kelahiran Tionghoa yang dibesarkan di kota Jakarta memiliki jiwa kritis terhadap berbagai perlakuan ketidakadilan dan pembodohan. Mahasiswa jurusan sejarah ini menjadi salah satu tokoh yang vokal terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang sewenang-wenang.
Film ini mengajak kita untuk melihat kehidupan seorang aktivis, yang bergelut dengan berbagai polemik hidup hanya karena ingin menegakkan kebenaran yang hakiki. Tidak melulu menampilkan sisi aktivisnya, film ini juga mengisahkan kisah cintanya. Tidak melankolis dan terkesan berlebihan, namun dengan cara yang di luar dari kebiasaan! Mari ketahui sepak terjang hidup Gie yang berakhir dengan mati mudanya.
3. Meski Berbagi Suami (2006) ini agak sedikit vulgar, banyak kisah di dalamnya yang bisa membuatmu belajar!
Rasanya hingga saat ini kaum hawa masih sangat sulit untuk menerima poligami sang suaminya. Nia Dinata menyutradarai film ini dengan membaginya menjadi tiga sudut pandang berbeda. Dari seorang beragama yang taat beristrikan seorang dokter, crew supir dengan kata-kata madunya, hingga seorang Tionghoa yang menginginkan poligami namun terkendala sifat si istri yang overprotective.
Selain menjual cerita yang memukau nan menghibur, film ini juga sarat akan nilai poligami di mata seorang perempuan. Kita akan dibawa pada berbagai permasalahan yang memang menghibur kaum adam, namun juga cara yang dilakukan kaum hawa untuk mengatasi persoalan tersebut.

