
Raya and The Last Dragon: Merayakan Budaya Asia Tenggara dalam Animasi Disney
Disney terus berkomitmen untuk menyajikan film-film animasi yang kaya akan latar belakang budaya etnik, dan salah satu contoh terbaru dari upaya tersebut adalah Raya and The Last Dragon. Dirilis pada tahun 2021, film ini tidak hanya menyuguhkan cerita yang memikat, tetapi juga memberikan penghormatan yang mendalam terhadap budaya Asia Tenggara. Melalui elemen-elemen seperti pakaian, kuliner, seni bela diri, dan arsitektur, Raya and The Last Dragon menawarkan sebuah pengalaman visual yang merayakan keragaman budaya di kawasan tersebut.
Sinopsis Raya and The Last Dragon
Raya and The Last Dragon mengisahkan petualangan di dunia fantasi Kumandra, sebuah negeri luas di mana naga dan manusia pernah hidup berdampingan dengan harmonis. Namun, kedamaian ini terganggu oleh ancaman kekuatan jahat yang dapat mengubah makhluk hidup—baik naga maupun manusia—menjadi batu. Dalam pertempuran besar untuk melawan kekuatan ini, naga terakhir menggabungkan kekuatan mereka dalam sebuah bola naga, dan menyerahkan kekuatan tersebut kepada naga terkecil untuk mengalahkan ancaman jahat.
Setelah 500 tahun, Kumandra telah terpecah menjadi lima negara kecil, masing-masing dinamai sesuai dengan bagian tubuh naga: Talon, Heart, Fang, Spine, dan Tail. Negara Heart, tempat kelahiran Raya dan lokasi di mana bola naga disimpan, menjadi pusat dari cerita ini. Ketika bola naga terpecah dan kekuatan jahat kembali muncul, Raya—seorang pahlawan tangguh—berusaha menyatukan kembali negara-negara yang terpecah dan menghentikan kehancuran yang mengancam dunia mereka.
Latar Budaya Asia Tenggara yang Kental
Film ini memikat penonton dengan latar budaya Asia Tenggara yang kuat dan autentik. Nama karakter utama, Raya, yang berarti “alam” atau “semesta,” mencerminkan koneksi mendalam dengan budaya dan filosofi Asia Tenggara. Raya digambarkan sebagai sosok wanita dengan kulit sawo matang dan mental baja, menjadikannya representasi yang kuat dari karakter-karakter wanita dalam budaya tersebut.
Latar budaya Asia Tenggara yang kental
Pakaian dan Atribut Karakter: Desain pakaian para karakter dalam film ini terinspirasi oleh berbagai tradisi tekstil di Asia Tenggara. Misalnya, desain pakaian Raya dan karakter lainnya seringkali mencerminkan pakaian tradisional dengan detail yang menunjukkan pengaruh dari berbagai negara di kawasan ini.
Seni Bela Diri: Aksi dan pertarungan dalam Raya and The Last Dragon menggabungkan berbagai seni bela diri dari Asia Tenggara. Ini termasuk:
Pencak Silat: Dari Indonesia, seni bela diri ini ditampilkan dalam gerakan tarung yang penuh gaya dan dinamis.
Arnis: Seni bela diri Filipina ini mengajarkan penggunaan tongkat yang terlihat dalam beberapa adegan pertarungan.
Muay Thai: Dari Thailand, seni bela diri ini menonjolkan teknik bertarung kaki dan tangan.
Dau Vat: Dari Vietnam, yang juga memperkaya gerakan dan teknik bela diri dalam film.
Arsitektur dan Desain Lingkungan: Negara Fang (Taring) dalam film ini, misalnya, sangat mencerminkan budaya Indonesia. Terdapat elemen-elemen seperti batik dan Rumah Gadang yang digunakan sebagai istana, menggambarkan kekayaan budaya Indonesia. Selain itu, negara Fang juga dikelilingi oleh sungai-sungai besar dan bukit-bukit yang menyerupai sistem terasering yang bisa ditemui di Indonesia.
Film ini juga memperlihatkan pengaruh budaya dari negara-negara tetangga seperti Thailand, Filipina, Myanmar, Vietnam, dan Malaysia, yang menjadikannya sebuah penghormatan kolektif terhadap budaya Asia Tenggara.
Raya and The Last Dragon bukan hanya sebuah film animasi yang menghibur tetapi juga merupakan sebuah karya yang memperkenalkan dan merayakan kekayaan budaya Asia Tenggara. Dengan desain karakter yang kuat, elemen budaya yang autentik, dan integrasi seni bela diri yang beragam, film ini menawarkan pengalaman sinematik yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik penonton tentang keindahan dan keragaman budaya di Asia Tenggara.
Bagi para penggemar film animasi yang mencari lebih dari sekadar hiburan, Raya and The Last Dragon menyediakan sebuah jendela ke dalam dunia yang penuh warna, budaya, dan tradisi, menjadikannya sebuah film yang layak untuk ditonton dan diapresiasi.