Program Studi Kajian Inggris pada jenjang Sarjana (S1) merupakan bagian dari rumpun ilmu humaniora yang tidak hanya berfokus pada kemampuan bahasa Inggris semata, melainkan juga pada pemahaman menyeluruh terhadap budaya, sastra, linguistik, serta fenomena sosial-politik yang berkaitan dengan dunia berbahasa Inggris. Dalam program ini, mahasiswa diajak untuk melihat bahasa sebagai representasi budaya dan sarana komunikasi global yang penuh makna.

Lulusan program ini akan memperoleh gelar akademik Sarjana Humaniora (S.Hum) setelah menempuh masa studi selama delapan semester atau sekitar empat tahun, dengan beban studi sekitar 144–146 SKS. Program ini dirancang untuk menciptakan lulusan yang tidak hanya fasih berbahasa Inggris, tetapi juga kritis, adaptif, serta mampu memahami kompleksitas dunia global melalui lensa budaya dan pemikiran Barat, khususnya dunia Anglo-Saxon dan postkolonial.
Selain sebagai studi akademik, Kajian Inggris S1 juga membekali mahasiswa dengan berbagai keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan zaman, mulai dari keterampilan komunikasi lintas budaya, pemikiran kritis, penulisan akademik dan kreatif, hingga kemampuan literasi media dan digital. Mahasiswa tak hanya diajarkan tata bahasa dan sastra, tapi juga diajak memahami dunia global melalui kajian film, musik, media sosial, teori budaya, dan isu-isu kontemporer.
Keunggulan Program Studi Kajian Inggris jenjang S1 terletak pada pendekatan interdisipliner, penguasaan bahasa Inggris akademik dan profesional, serta wawasan budaya yang luas dan kritis terhadap dunia global
Salah satu keunggulan utama dari program ini adalah pendekatan interdisipliner yang memungkinkan mahasiswa mempelajari bahasa, sastra, dan budaya Inggris dalam kerangka analisis yang luas. Mahasiswa akan memahami bagaimana bahasa membentuk pemikiran, bagaimana sastra mencerminkan dan mengkritisi masyarakat, serta bagaimana budaya populer berperan dalam konstruksi identitas. Pendekatan ini menggabungkan teori sastra, linguistik, kajian budaya, gender, postkolonialisme, bahkan media dan komunikasi.
Kemampuan bahasa Inggris akademik dan profesional juga menjadi nilai unggul. Mahasiswa Kajian Inggris tidak hanya belajar grammar dan speaking secara umum, tetapi juga menguasai keterampilan penulisan esai ilmiah, analisis teks, presentasi akademik, debat, hingga penulisan kreatif dalam bahasa Inggris. Hal ini menjadikan lulusan program ini sangat kompetitif di dunia kerja global.
Selain itu, mahasiswa dilatih untuk memiliki pemikiran kritis terhadap budaya Barat dan relasi kekuasaan global. Mereka diajak untuk tidak hanya mengagumi budaya Inggris atau Amerika, tetapi juga mengkritisinya dengan perspektif pascakolonial dan lokal. Hal ini penting agar mahasiswa dapat tetap berakar pada identitas kebangsaan sambil memahami dinamika global secara objektif.
Struktur kurikulum Program Studi Kajian Inggris jenjang S1 terdiri atas pengantar teori, keterampilan bahasa, analisis sastra dan budaya, serta praktik riset dan penulisan akademik
Kurikulum Kajian Inggris jenjang S1 dirancang secara progresif untuk membangun kompetensi yang komprehensif. Pada tahun pertama, mahasiswa mengikuti mata kuliah dasar seperti Academic Reading and Writing, Introduction to Literary Studies, English Phonology, Basic Grammar, dan Introduction to Linguistics. Mata kuliah ini bertujuan membangun fondasi pemahaman bahasa dan teori.
Pada tahun kedua dan ketiga, mahasiswa mulai mendalami mata kuliah inti seperti Syntax, Semantics, Shakespeare Studies, Postcolonial Literature, Popular Culture Studies, Gender and Literature, Discourse Analysis, Film and Literature, dan Translation Studies. Di fase ini, mereka akan terbiasa dengan analisis kritis dan pendekatan multidisipliner terhadap teks-teks sastra dan budaya dari dunia berbahasa Inggris.
Mahasiswa juga mendapatkan mata kuliah praktis, seperti Academic Presentation, Creative Writing, Cross-Cultural Communication, hingga English for Professional Purposes. Beberapa perguruan tinggi juga menyediakan kelas peminatan, misalnya peminatan linguistik, sastra modern, atau budaya populer.
Pada semester tujuh, mahasiswa dapat melakukan magang, proyek sosial, atau riset lapangan di institusi yang berhubungan dengan kebudayaan, pendidikan, penerbitan, media, atau bahkan NGO internasional. Kemudian di semester delapan, mahasiswa diwajibkan menulis skripsi dalam bahasa Inggris, yang merupakan hasil riset terhadap isu-isu linguistik, sastra, atau budaya yang relevan.
Manfaat belajar di Program Studi Kajian Inggris jenjang S1 meliputi penguasaan bahasa internasional, pemahaman lintas budaya, serta kemampuan berpikir kritis dan adaptif dalam menghadapi kompleksitas dunia global
Belajar di Program Studi Kajian Inggris memberikan manfaat strategis yang tidak hanya terbatas pada aspek akademik, tetapi juga sangat berguna dalam kehidupan sosial dan karier. Pertama, mahasiswa memperoleh penguasaan mendalam atas bahasa Inggris—bahasa internasional yang menjadi penghubung berbagai sektor profesional dan akademik di dunia. Hal ini menjadikan lulusan Kajian Inggris mudah beradaptasi di lingkungan global.
Kedua, program ini menumbuhkan pemahaman lintas budaya yang kuat. Mahasiswa tidak hanya belajar tentang Inggris dan Amerika, tetapi juga memahami perbedaan nilai, norma, dan pandangan dunia dari masyarakat yang beragam. Ini penting dalam membangun empati dan toleransi dalam masyarakat multikultural.
Ketiga, prodi ini melatih mahasiswa dalam berpikir kritis dan reflektif. Mereka belajar membedah wacana, membaca teks secara dalam, mempertanyakan asumsi, dan mengembangkan argumen logis. Ini adalah soft skill yang sangat dibutuhkan dalam banyak profesi, terutama yang menuntut pengambilan keputusan, analisis informasi, dan komunikasi publik.
Keempat, mahasiswa juga mendapatkan manfaat dari keterampilan riset, menulis, dan presentasi, yang menjadikan mereka unggul dalam dunia akademik, media, maupun organisasi. Mereka terbiasa mengerjakan proyek ilmiah, menulis artikel analitis, dan menyampaikan gagasan secara sistematis dan persuasif.
Peluang karier lulusan Program Studi Kajian Inggris jenjang S1 sangat luas dan mencakup sektor pendidikan, media, penerjemahan, diplomasi, industri kreatif, hingga perusahaan multinasional
Lulusan Kajian Inggris tidak hanya terikat pada dunia pendidikan, tetapi memiliki spektrum karier yang sangat beragam. Banyak dari mereka bekerja sebagai guru bahasa Inggris, pengajar kursus, atau instruktur TOEFL/IELTS, baik di lembaga formal maupun informal. Mereka juga bisa melanjutkan studi ke jenjang S2 di dalam atau luar negeri.
Di bidang media dan penerbitan, lulusan dapat menjadi editor, penulis, jurnalis, scriptwriter, copywriter, atau content creator dalam bahasa Inggris. Kemampuan menulis dan membaca kritis mereka sangat dibutuhkan di era digital saat ini, di mana produksi konten semakin masif.
Kemampuan penerjemahan dan interpretasi juga menjadi keunggulan lulusan Kajian Inggris. Mereka dapat bekerja sebagai penerjemah teks akademik, bisnis, film, atau bahkan sebagai interpreter dalam konferensi internasional. Profesi ini sangat dibutuhkan oleh LSM, kementerian, dan organisasi internasional.
Di bidang hubungan internasional dan diplomasi, lulusan Kajian Inggris memiliki peluang besar untuk bekerja sebagai staf kedutaan, protokol, negosiator, atau penghubung internasional, karena mereka menguasai bahasa global dan memahami dinamika budaya antarbangsa.
Selain itu, lulusan juga diminati oleh perusahaan multinasional, baik sebagai staf komunikasi, public relations, HR, atau bahkan business analyst, terutama di perusahaan yang menjalin kerja sama internasional dan memerlukan tenaga kerja yang fasih berbahasa Inggris dan peka terhadap budaya global.
Tak sedikit pula yang memilih jalur wirausaha kreatif, seperti membuka agensi penerjemahan, platform edukasi bahasa, membuat buku, novel, atau konten digital berbahasa Inggris yang menyasar audiens global. Hal ini memperlihatkan bahwa lulusan Kajian Inggris sangat fleksibel dan mandiri dalam menciptakan peluang kerja sendiri.
Program Studi Kajian Inggris jenjang S1 adalah pilihan strategis bagi generasi muda yang ingin meraih masa depan global tanpa melupakan akar budaya lokal. Dengan kurikulum yang holistik, pendekatan interdisipliner, serta keterampilan praktis yang tinggi, lulusan program ini tidak hanya mampu bersaing di dunia kerja, tetapi juga berkontribusi dalam membentuk pemikiran kritis dan hubungan antarbudaya yang lebih sehat di tingkat nasional maupun internasional. Program ini tidak hanya menjanjikan gelar akademik, tetapi juga membuka jalan menuju dunia global yang penuh kemungkinan.