Film “Hello Ghost Indonesia” merupakan adaptasi dari versi Korea yang populer, yang kali ini dibawakan oleh Falcon Pictures dengan harapan dapat menarik minat penonton Tanah Air. Berikut adalah tinjauan mendalam tentang film ini sebelum Anda memutuskan untuk menontonnya di bioskop.
Kisah yang Sama dengan Nuansa Lokal
Film ini mengikuti alur cerita yang hampir identik dengan versi Korea-nya, dengan sedikit sentuhan lokal untuk lebih mudah dipahami oleh penonton Indonesia. Namun, beberapa elemen cerita baru yang dimasukkan tidak selalu berhasil dalam memperkaya pengalaman emosional secara keseluruhan. Sebaliknya, perubahan tersebut terkadang malah merusak alur emosional yang seharusnya dipertahankan dari versi aslinya.
Salah satu momen yang berhasil adalah bagian ending yang mengharukan, di mana film ini benar-benar berhasil menyampaikan pesan yang mendalam meskipun dibandingkan dengan versi Korea-nya.
Performa Pemeran Utama
Onadio Leonardo, yang memerankan Kresna, gagal memberikan kesan yang memuaskan dalam perannya. Aktingnya terkadang terasa kaku dan terlalu mengingat-ingat naskah, sehingga chemistry antara Kresna dan Enzy Storia (sebagai love interest-nya) tidak terasa kuat. Meskipun begitu, saat Kresna “dikuasai” oleh salah satu dari keempat hantu, Onadio berhasil menampilkan perubahan karakter yang lebih menarik.
Pemeran hantu, seperti Indro Warkop, Tora Sudiro, dan Ciara Nadine Brosnan, memberikan penyegaran dalam film ini meskipun terbatas oleh dialog yang terasa kurang natural.
Sinematografi dan Skoring
Sinematografi film ini, meskipun memiliki beberapa momen dengan color grading yang menarik, sering kali terasa kurang estetik. Framing beberapa adegan juga terlihat tidak seimbang dan kurang menarik.
Penggunaan scoring dalam film ini terlalu sering dan terkadang terasa mengganggu. Meskipun bertujuan untuk memperkuat emosi adegan, terlalu banyaknya penggunaan scoring yang sama membuatnya menjadi terlalu mencolok dan tidak alami.