Ribuan orang memadati Alun-alun Kota Magelang pada Minggu (28/4/2024) untuk menghadiri Grebeg Gethuk, sebagai bagian dari peringatan Hari Jadi Kota Magelang. Kegiatan ini menjadi sorotan karena merupakan perayaan seni budaya yang digelar setelah mengalami vakum selama Pandemi Covid-19. Grebeg Gethuk menghadirkan dramatisasi sejarah Kota Magelang, termasuk proses penetapan perdikan Mantyasih, penyerahan prasasti Mantyasih, Bulu Bekti Gunungan Palawija, dan sendratari kolosal “Babad Mahardika” karya Gepeng Nugroho, serta puncaknya adalah Grebeg Getuk atau perebutan gunungan gethuk.

Acara tersebut dihadiri oleh pejabat Kota Magelang serta tamu dari berbagai negara, semuanya mengenakan busana adat Jawa. Ada satu gunungan getuk besar dan empat kecil yang digrebeg oleh warga, bersama dengan gunungan palawija dan karya seni dari 17 kelurahan di Kota Magelang. Selain itu, juga terdapat aksi drumband Genderang Suling Canka Lokananta Akademi Militer (Akmil) dan doa bersama.
Wali Kota Magelang, dr. Muchamad Nur Aziz, menjelaskan bahwa Grebeg Gethuk merupakan salah satu acara utama dalam peringatan Hari Jadi Kota Magelang yang bertujuan untuk mengenang sejarah terbentuknya kota tersebut. Dia berharap acara ini menjadi daya tarik bagi masyarakat luar daerah dan luar negeri untuk berkunjung ke Kota Magelang setiap tahunnya, dengan terus meningkatkan kualitas dan variasinya.
Wisatawan asing seperti Damon Radfield dari Australia mengaku terkesan dengan keanekaragaman budaya Indonesia yang ditampilkan dalam acara tersebut. Begitu pula dengan Yoly Ramadhani, wisatawan dari Yogyakarta, yang merasa senang atas pengalaman baru yang didapatnya dari Grebek Gethuk.
Selain Grebeg Gethuk, juga diadakan Festival Gethuk (26-28 April 2024) di Alun-alun Kota Magelang, yang mengeksplorasi berbagai varian produk gethuk dari berbagai daerah. Festival ini menampilkan sebanyak 90 stan khusus Gethuk serta pameran produk kerajinan, industri kecil, busana, kuliner tradisional, dan lainnya.