Jawa Barat dikenal dengan kekayaan budaya dan kesenian tradisionalnya, salah satunya adalah Karawitan Sunda. Karawitan adalah seni suara yang melibatkan instrumen musik tradisional dan vokal, yang menjadi bagian penting dari warisan budaya Sunda. Dalam konteks ini, H. Riskonda, seorang mantan guru kesenian, mengambil langkah penting dalam melestarikan Karawitan Sunda yang mulai terkikis oleh zaman. Dengan tekad dan semangatnya, beliau mendirikan Sanggar Waditra pada tahun 1977 untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian tradisional Sunda, khususnya karawitan. Hingga kini, sanggar ini terus berkembang dan menjadi tempat penting untuk pembelajaran seni Sunda bagi generasi muda.

Karawitan Sunda: Seni Musik yang Kaya dan Bermakna
Karawitan Sunda merupakan salah satu elemen penting dari kesenian tradisional di Jawa Barat. Seni ini terdiri dari waditra (alat musik tradisional) yang mencakup gamelan, kecapi, angklung, gambang, dan berbagai alat musik lainnya yang dimainkan secara kolektif. Melalui karawitan, sebuah harmoni tercipta antara instrumen dan vokal, menciptakan suasana yang menggugah perasaan dan membawa pendengarnya pada kedamaian.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak anak muda yang mulai kurang tertarik dengan kesenian tradisional, dan hanya sedikit yang melanjutkan pelatihan dan penguasaan alat musik tersebut. Melihat kondisi ini, H. Riskonda merasa perlu untuk melakukan upaya pelestarian terhadap Karawitan Sunda. Beliau meyakini bahwa keberadaan seni tradisional ini sangat penting untuk menjaga identitas budaya Sunda yang khas dan kaya akan nilai sejarah.
Perjalanan Sanggar Waditra: Tempat Pelestarian Karawitan Sunda
Sanggar Waditra didirikan oleh H. Riskonda dengan tujuan utama untuk melestarikan Karawitan Sunda. Sanggar ini tidak hanya menyediakan tempat untuk mempelajari seni musik Sunda, tetapi juga menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengembangkan minat dan keterampilan mereka dalam memainkan alat musik tradisional Sunda.
Setelah H. Riskonda wafat, Hedi Risdiana, anaknya, melanjutkan estafet perjuangan untuk mempertahankan eksistensi Sanggar Waditra. Di bawah kepemimpinan Hedi, sanggar ini terus berkembang dan mengadakan berbagai pelatihan serta workshop untuk masyarakat, baik pemula maupun mereka yang ingin mendalami seni musik Sunda lebih dalam. Aktivitas di sanggar ini juga terbuka bagi siapa saja yang tertarik, baik warga lokal maupun turis yang ingin mengenal lebih jauh tentang seni budaya Sunda.
Pengrajin Alat Kesenian Sunda: Keahlian dan Kualitas yang Diakui Internasional
Selain melestarikan Karawitan Sunda melalui pendidikan dan pelatihan, H. Riskonda juga turut memajukan seni tradisional Sunda melalui pembuatan alat-alat musik yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Karawitan. Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun dalam pembuatan waditra, H. Riskonda berhasil menciptakan berbagai alat musik tradisional Sunda seperti gamelan, kecapi, calung, gambang, dan lainnya. Keahlian beliau dalam pembuatan alat musik ini tidak hanya diakui di Indonesia, tetapi juga telah menembus pasar internasional, bahkan mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2015, yang menunjukkan bahwa kualitas produknya memenuhi standar internasional.
Sanggar Waditra juga menjadi salah satu pusat pembuatan alat musik Sunda terbaik di Bandung, dan telah memenuhi kebutuhan musisi, pelaku seni, serta penggiat budaya dari berbagai negara. H. Riskonda dengan ketekunannya tidak hanya fokus pada aspek pelatihan, tetapi juga pada penyediaan alat musik berkualitas tinggi yang menjadi pendukung utama dalam perkembangan seni karawitan.
Workshop Kesenian Sunda di Jepang: Menyebarkan Budaya ke Dunia Internasional
Pada tahun 2017, Sanggar Waditra diundang untuk mengadakan workshop tentang alat musik tradisional Sunda di Jepang. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 26 Oktober hingga 2 November tersebut merupakan bagian dari upaya untuk memperkenalkan budaya Sunda ke dunia internasional. Dalam kesempatan ini, H. Riskonda bersama Ibu Yana mempresentasikan alat musik Sunda seperti gamelan, kecapi, dan calung kepada masyarakat Jepang dan berkolaborasi dengan Grup Degung Paraguna, sebuah kelompok musik Sunda di Jepang.
Kerjasama antara Sanggar Waditra dan Jepang sudah terjalin lebih dari 30 tahun dan menjadi platform penting dalam promosi budaya Sunda ke luar negeri. Selain sebagai ajang pertukaran budaya, workshop ini juga menjadi kesempatan bagi para peserta Jepang untuk lebih memahami keberagaman seni tradisional Indonesia, khususnya yang berasal dari Jawa Barat.
Kunjungi Sanggar Waditra: Belajar dan Membeli Alat Kesenian Tradisional Sunda
Bagi Anda yang tertarik untuk mempelajari Karawitan Sunda atau ingin membeli alat musik tradisional Sunda berkualitas tinggi, Sanggar Waditra adalah tempat yang tepat untuk dikunjungi. Terletak di Jl. Moh. Toha No. 379, Kecamatan Regol, Kota Bandung, sanggar ini buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Di sini, Anda bisa mendapatkan berbagai alat musik tradisional seperti gamelan, kecapi, dan angklung, serta mengikuti pelatihan untuk mempelajari cara memainkan alat musik tersebut.
Sanggar Waditra tidak hanya menyediakan pelatihan dan penjualan alat musik, tetapi juga menjadi tempat yang menghubungkan generasi muda dengan budaya tradisional Sunda. Sanggar ini memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk melibatkan diri dalam upaya melestarikan dan mengembangkan Karawitan Sunda, sekaligus memperkenalkan keindahan seni Sunda kepada dunia.
Sanggar Waditra adalah contoh nyata dari upaya melestarikan seni dan budaya tradisional Indonesia, khususnya Karawitan Sunda. Dengan kepemimpinan H. Riskonda dan Hedi Risdiana, sanggar ini menjadi pelopor dalam mengajarkan, memproduksi, dan mempromosikan alat musik tradisional Sunda ke seluruh dunia. Kegiatan yang beragam di sanggar ini, dari pelatihan hingga workshop internasional, turut menjaga agar warisan budaya ini tetap hidup dan berkembang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Jika Anda berkunjung ke Bandung, jangan lupa untuk meluangkan waktu mengunjungi Sanggar Waditra untuk mendapatkan pengalaman berharga tentang karawitan Sunda dan memperkaya pengetahuan Anda tentang budaya Indonesia.