Film “Come Play” adalah sebuah film bergenre drama, horor, dan misteri yang dirilis pada 2 Desember 2020 di Indonesia. Disutradarai dan ditulis oleh Jacob Chase, film ini menggabungkan elemen horor dengan kisah yang emosional, menjadikannya salah satu film yang menarik untuk ditonton bagi para penggemar cerita menyeramkan dengan sentuhan drama keluarga.
Film ini dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris ternama, seperti Gillian Jacobs (dikenal melalui serial Community), Azhy Robertson, John Gallagher Jr., dan Alex Spencer. Para pemain tersebut berhasil menghadirkan nuansa yang mendalam dan emosional di tengah ketegangan yang terus meningkat sepanjang film.
Sinopsis Cerita “Come Play”
Oliver, seorang anak laki-laki dengan autisme non-verbal, menjadi pusat cerita di film ini. Karakter Oliver, yang diperankan oleh Azhy Robertson, digambarkan sebagai seorang anak yang kesulitan berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, termasuk kedua orang tuanya. Untuk membantu berkomunikasi, Oliver sering kali bergantung pada perangkat teknologi seperti ponsel dan tablet. Namun, interaksi dengan teknologi ini membawa dampak yang tidak diharapkan.
Oliver harus menyaksikan perpecahan keluarganya, di mana orang tuanya, Marty (John Gallagher Jr.) dan Sarah (Gillian Jacobs), sedang menjalani proses perceraian. Hubungan Oliver dengan orang tuanya juga menjadi semakin renggang, terutama dengan sang ibu, Sarah, yang berjuang untuk memahami kebutuhan Oliver di tengah kesulitan yang dialaminya.
Salah satu aspek unik dari film ini adalah aplikasi buku cerita di tablet Oliver, yang berjudul “Misunderstood Monsters”. Buku cerita ini terus muncul di perangkat Oliver, menampilkan kisah monster yang merasa terisolasi dan tidak dimengerti oleh dunia. Namun, buku tersebut ternyata memiliki tujuan yang lebih gelap. Monster di dalam cerita, Larry, bukan sekadar karakter imajinatif, melainkan makhluk nyata yang hidup di dunia digital dan berusaha masuk ke dunia Oliver.
Larry: Monster Digital yang Haus Akan Persahabatan
Larry, sosok monster digital dalam cerita ini, memiliki penampilan yang menakutkan—kurus, tinggi, dan menyeramkan. Namun, di balik penampilannya yang mengerikan, Larry memiliki kebutuhan emosional yang sederhana: ia hanya menginginkan seorang teman. Makhluk ini mulai muncul dalam kehidupan Oliver melalui perangkat teknologinya, memanfaatkan ketergantungan Oliver pada dunia digital untuk mendekatinya.
Larry tidak hanya sekadar monster, ia adalah refleksi dari perasaan keterasingan dan kesepian yang dialami oleh banyak orang, termasuk Oliver. Larry berusaha memanipulasi Oliver dengan janji persahabatan, mencoba menariknya lebih jauh ke dalam dunianya yang digital. Di sinilah letak ketegangan film ini: apakah Oliver akan berhasil melarikan diri dari genggaman Larry, ataukah ia akan terperangkap selamanya dalam dunia digital yang mengerikan?
Tema Utama: Keterasingan, Teknologi, dan Kekuatan Emosional
“Come Play” menawarkan lebih dari sekadar cerita horor biasa. Film ini juga menyentuh tema-tema yang lebih dalam, seperti keterasingan, komunikasi, dan dampak teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Oliver, yang sulit berkomunikasi dengan cara konvensional, merasa lebih nyaman dengan perangkat teknologinya. Ini adalah cerminan dari bagaimana teknologi dapat menjadi penghubung bagi mereka yang merasa terisolasi, tetapi di sisi lain, film ini juga memperingatkan tentang bahaya ketergantungan berlebihan pada dunia digital.
Di sisi lain, film ini juga menggambarkan bagaimana keterasingan emosional dapat mempengaruhi hubungan antara individu. Sarah, sebagai ibu, berjuang untuk berkomunikasi dengan Oliver dan merasa putus asa karena ketidakmampuannya untuk memahami anaknya. Hubungan antara orang tua dan anak menjadi tema yang sangat penting di film ini, terutama ketika Sarah dan Marty harus menyadari bahwa mereka harus bersatu untuk menyelamatkan Oliver dari ancaman Larry.
Penyutradaraan dan Visual Efek
Jacob Chase, yang juga menulis naskah film ini, berhasil menciptakan suasana yang mencekam dan menegangkan. Ia memanfaatkan elemen teknologi dalam cerita dengan sangat baik, menciptakan nuansa horor yang berbeda dari film horor tradisional. Penggunaan tablet dan ponsel sebagai medium teror dalam film ini menjadi simbol bagaimana teknologi bisa menjadi alat yang berpotensi berbahaya jika tidak digunakan dengan bijak.
Efek visual dalam “Come Play” juga patut diacungi jempol. Larry, monster digital yang menyeramkan, digambarkan dengan detail yang mengesankan, membuat penonton merasa benar-benar terancam oleh kehadirannya. Dengan perpaduan teknologi canggih dan suasana suram yang dibangun melalui sinematografi yang apik, film ini mampu menciptakan pengalaman horor yang intens.
“Come Play” bukan hanya film horor yang menawarkan jump scare atau ketakutan biasa. Film ini mengajak penonton untuk merenung tentang keterasingan sosial di era teknologi dan bagaimana hubungan manusia yang sebenarnya tidak boleh digantikan oleh perangkat digital. Film ini juga menggugah emosi, terutama dalam hal hubungan orang tua dan anak serta perjuangan menghadapi rasa keterasingan dalam hidup.
Bagi Anda yang mencari film horor dengan kedalaman cerita dan pesan moral yang kuat, “Come Play” adalah pilihan yang sangat tepat. Film ini menggabungkan ketegangan horor dengan cerita emosional tentang kesulitan komunikasi, keterasingan, dan kebutuhan manusia akan koneksi sejati. Selamat menonton, dan bersiaplah untuk merasakan teror yang tidak hanya datang dari monster, tetapi juga dari hubungan manusia yang renggang.
Ingin melihat sekilas ketegangan yang ditawarkan “Come Play”? Anda bisa menonton trailernya melalui tautan berikut sebelum memutuskan untuk menyaksikan film ini sepenuhnya. Selamat menonton!
4o