Dunia perfilman Indonesia baru-baru ini menerima kabar menggembirakan dengan hadirnya film “Before, Now and Then (Nana)” yang disutradarai oleh Kamila Andini dan diproduksi oleh Ifa Isfansyah serta Gita Fara. Film ini membuat debut internasionalnya di program kompetisi utama 72nd Berlin International Film Festival, sebuah prestasi yang menegaskan kualitas dan kekayaan perfilman Indonesia di kancah global.

Adaptasi dan Inspirasi
Film ini mengadaptasi kisah dari novel “Jais Darga Namaku” karya Ahda Imran, dan menggunakan bahasa Sunda dalam pengisahannya. Berlatar tahun 1960-an, “Before, Now and Then (Nana)” mengisahkan perjalanan seorang perempuan bernama Nana yang menghadapi tantangan dan transformasi besar dalam hidupnya.
Sinopsis dan Plot
Dalam film ini, Nana, yang diperankan oleh Happy Salma, mengalami tragedi besar ketika kehilangan keluarganya. Ia memulai perjalanan emosional untuk membangun kehidupan baru dengan menikahi seorang pria tua kaya di Indonesia. Film ini mengeksplorasi tema-tema berat seperti kehilangan, penyesuaian, dan kekuatan perempuan dalam konteks sejarah Indonesia yang penuh perubahan.
Cast dan Crew Internasional
Selain Happy Salma, film ini juga dibintangi oleh Laura Basuki dan Ibnu Jamil. Kamila Andini, yang dikenal dengan gaya sinematiknya yang mendalam dan sensitif, mengarahkan film ini dengan kepekaan terhadap sejarah dan budaya lokal. Para penonton juga akan melihat kontribusi dari sejumlah sutradara internasional ternama seperti Carla Simon, Claire Denis, Rithy Panh, Denis Cote, Paolo Taviani, Ulrich Seidl, Andreas Dresen, Hong Sang Soo, Isaki Lacuesta, dan François Ozon, yang memberikan apresiasi pada film ini di festival bergengsi tersebut.
Penghargaan dan Apresiasi
Carlo Chatrian, Direktur Artistik Berlinale, mengungkapkan kekagumannya terhadap film ini, menyebutnya sebagai “proyek film yang sangat ambisius tentang sejarah Indonesia tanpa kehilangan pendekatan pribadi dan orisinal dari perspektif perempuan.” Penilaian ini menyoroti keberhasilan film dalam menjalin cerita dengan musik dan perasaan yang mendalam.
Dukungan Lokal
Film ini juga mendapatkan pujian dari Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Benny Bachtiar dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Benny Bachtiar menyatakan bahwa film ini adalah “sejarah bagi masyarakat Sunda” dan berpotensi memperkenalkan tradisi budaya Sunda ke panggung dunia. Ia menambahkan bahwa film ini bisa menjadi momentum bagi pemerintah dan industri film Indonesia untuk lebih mengeksplorasi dan mengangkat potensi sejarah lokal ke dalam karya-karya sinematik.
Prospek dan Harapan
Benny Bachtiar juga berharap agar film ini menjadi inspirasi untuk mengangkat kisah-kisah legenda Sunda seperti Lutung Kasarung dan Nyi Roro Kidul. Dengan mengangkat cerita-cerita legendaris ini, film dapat memperkaya nuansa budaya nasional dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke audiens global.
“Before, Now and Then (Nana)” bukan hanya sebuah film, tetapi juga sebuah pencapaian besar bagi perfilman Indonesia. Dengan kualitas sinematik yang diakui di festival internasional dan dukungan dari berbagai pihak, film ini menunjukkan potensi besar budaya dan sejarah Indonesia di dunia perfilman global. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan film ini dan menjelajahi cerita yang penuh emosi dan makna.
Artikel ini memberikan informasi yang lebih mendalam dan lengkap tentang film “Before, Now and Then (Nana)”, termasuk sinopsis, cast, crew, dan pengaruhnya dalam konteks perfilman global serta lokal.