Film animasi “Mummies” menawarkan cerita yang menggabungkan petualangan dari dunia bawah ke dunia manusia dengan nuansa komedi dan pesan moral yang kuat. Cerita dimulai dengan Sylvester Carnabry, seorang sejarawan yang tanpa sengaja menemukan lubang menuju dunia bawah ketika mencari artefak di makam Putri Nefer, anak dari Raja Firaun di Mesir. Di dunia bawah, Firaun mencari pasangan untuk Nefer dengan bantuan burung phoenix yang dipercaya Dewi Cinta.
Puncak cerita dimulai ketika cincin keramat yang menjadi kunci pernikahan Nefer ditemukan oleh Carnabry dan dibawa ke London untuk dipamerkan di museum miliknya. Thut, seorang mantan kusir, bersama adiknya Shekem dan buaya kecilnya Croc, berusaha keras untuk mendapatkan kembali cincin tersebut. Petualangan mereka membawa mereka ke London modern, di mana mereka bertemu dengan Nefer yang ikut mengejar cincinnya.
Penulis artikel mengungkapkan antusiasmenya sebagai penggemar film animasi sebelum menyaksikan “Mummies”, dengan sengaja menghindari trailer untuk mempertahankan kejutan alur cerita. Meskipun awalnya mengira film ini mirip dengan “The Mummy” versi tahun 90-an, penonton disajikan dengan cerita yang berbeda dan menarik sejak adegan pembuka yang memacu adrenalin. Alur ceritanya dianggap sederhana namun menghibur, dengan unsur musikal yang menonjol, terutama impian Nefer untuk menjadi penyanyi.
Salah satu momen favorit penulis adalah saat Nefer menyanyikan lagu di London, yang dipandang memiliki makna mendalam tentang perjuangan untuk meraih impian. Hal ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi penonton, khususnya anak-anak, untuk tetap berjuang mencapai apa yang diimpikan, sekalipun dianggap sulit. Dengan demikian, “Mummies” tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga memberikan pesan positif yang relevan bagi penontonnya.