Padies Kimuwu merupakan tempat wisata yang memadukan dua konsep dalam satu tempat, yakni wisata alam dan budaya. Padies artinya padi, sedangkan Kimuwu dalam bahasa Tombulu artinya bumbungan atau bukit. Dengan demikian, Padies Kimuwu artinya bumbungan padi atau bukit.
Padies Kimuwu juga merupakan cikal bakal dari Desa Warembungan sekarang dimana dahulu penduduknya bermukim di tempat ini karena perang. Ketika perang usai, barulah mereka turun kemudian membentuk pemukiman yang ada sekarang ini.
Dari atas puncak bukit seluas 20 hektar ini, kita bisa menyaksikan indahnya pemandangan Kota Manado. Terlihat juga gunung klabat yang merupakan gunung tertinggi di Sulawesi Utara, Pulau Manado tua, Bunaken dan Siladen. Selain itu, di sini terdapat dua situs budaya para leluhur Minahasa yakni Watu Marengke dan Watu Siow Kurur.
Dari tulisan yang terdapat di kedua situs tersebut, diketahui bahwa tempat ini dahulu merupakan tempat berkumpul dan bermusyawarah para leluhur Minahasa dari sejumlah walak Situs budaya Watu Marengke dipercaya sebagai tempat penghormatan kepada leluhur penghulu perang, Empung (leluhur) Totokai.
Istilah marengke diambil dari gerakan tari-tari merayakan kemenangan perang, yaitu menunjuk pada kaki yang digerakkan naik-turun lalu diikuti oleh tubuh yang membentuk suatu gerakan.
Tarian ini di dalamnya adalah juga penghormatan kepada Empung Totokai sebagai penghulu perang dan penentu untuk suatu keputusan berperang atau hukum. Sedangkan Watu Siow Kurur adalah penanda untuk ketokohan seorang Empung bernama Siow Kurur yang konon memiliki tinggi tubuh sembilan buku (ruas).
la dikenal sebagai Empung yang memiiki kemampuan-kemampuan mumpuni dalam perang-perang di zaman leluhur. Tempat tinggalnya adalah puncak-puncak bukit atau gunung.
Di zaman Tasikela atau era Spanyol/Portugis, sebelum dan sesudah berperang, para leluhur Minahasa berkumpul di sini dan melakukan ritual sumempung (sembahyang) kepada Empung Wailan Wangko. Tempat ini dahulu merupakan tempat berkumpul dan bermusyawarah para leluhur Minahasa dari sejumlah walak. Pertemuan untuk menghimpun kekuatan pada beberapa kali melawan kekuatan dari luar ini disebut ‘Mahasa’ atau ‘Maesa’ sebagai suatu ‘Kanaramen’ (tradisi).
Tradisi para leluhur ketika menghadapi kekuatan yang mengancam kehidupan bersama inilah yang menjadi cikal bakal nama ‘Minahasa’. “Di sini tempat sembahyang para leluhur dulu, dan juga salah satu pemantauan, pemandangan, karena di sini kan kelihatan laut, jadi kalau ada ancaman dari laut bisa dilihat dari sini,” kata Doni.
Selain itu juga, di sini anda bisa mencoba olahraga ekstrim paralayang, berkeliling di atas udara menikmati indahnya pemandangan Kota Manado. Padies Kimuwu beralamat di Desa Warembungan jaga IV, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Senin sampai Kamis tempat ini buka mulai pukul 13.00 Wita, sedangkan Jumat sampai Minggu mulai pukul 11.00 WITA sampai pukul 21.00 Wita. Untuk tiket masuk sebesar Rp15.000.
Sumber:
https://sulut.inews.id/berita/wisata-alam-dan-budaya-di-padies-kimuwu-ada-tempat-berkumpul-para-leluhur/3